Senin, 29 September 2025

Awal Mula Kebakaran di Bromo akibat Flare Prewedding hingga Kini Meluas, Muncul Tornado Api

Kebakaran di padang savana Gunung Bromo akibat flare prewedding kini meluas. Bahkan, muncul tornado api.

Twitter @calllmetod/Dok. BPDB Kabupaten Malang
Kondisi terkini padang savana Gunung Bromo yang terbakar akibat flare prewedding, Minggu (10/9/2023). Api meluas hingga wilayah Bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dan kawasan Nongjajar, Kabupaten Pasuruan hingga memunculkan tornado api. 

Dalam video itu, tampak enam oknum tersebut santai sementara api berkobar di belakang mereka.

"Ini orang-orang sedang membuat kebakaran seperti ini, tapi masih santai-santai. Nih orangnya! Santai banget dong mereka," kata seseorang dalam video itu.

Muncul Tornado Api

Tornado api muncul di tengah menggilanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Minggu (10/9/2023).
Tornado api muncul di tengah menggilanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Minggu (10/9/2023). (Dok. BPBD Kabupaten Malang via KOMPAS.com)

Baca juga: Menparekraf Kecam Penggunaan Flare di Foto Prewedding yang Picu Kebakaran Bukit Teletubbies Bromo

Kebakaran di savana Gunung Bromo yang semakin meluas bahkan sempat menimbulkan tornado api pada Minggu (10/9/2023).

Dalam video yang beredar, terlihat tornado api berukuran kecil di tengah titik kebakaran.

Menurut Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Septi Eka Wardani, tornado api tersebut muncul lantaran ada angin cukup besar berbentuk pusaran yang berembus di tengah titik kebakaran.

Angin itu, kata Septi, biasanya muncul saat hari panas dan kering, seperti ketika musim kemarau.

Ia mengatakan, kondisi itu tidak akan terjadi saat kondisi normal dan tak ada api.

Septi menyebut tornado sebenarnya adalah fenomena alam yang kadang terjadi di kawasan savana dan lautan pasir Bromo.

"Kebetulan angin besar tersebut kemarin tepat berputar di titik api kebakaran," ujar Septi saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Terkait fenomena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri, mengatakan fenomena tornado api biasanya disebut dengan istilah dust devil.

Dust devil adalah fenomena pusaran kecil, tapi kuat.

Ia menjelaskan, dust devil biasanya muncul saat udara kering dan sangat panas.

Udara kering lantas membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing, termasuk api seperti yang terjadi di savana Gunung Bromo.

“Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api,” jelasnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan