Dukun Sadis di Banjarnegara
Tiba di Pesawaran, Jenazah Suami-Istri Korban Penipuan Mbah Slamet Disambut Shalawat
Kedatangan jenazah pasangan suami-istri yang dikenal sebagai pengusaha peci tersebut disambut warga dan keluarga dengan bacaan sholawat nabi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jenazah pasangan suami istri Irsad dan Wahyu Tri Ningsih, korban kebiadaban dukun pengganda uang Mbah Slamet, tiba di Kabupaten Pesawaran, Lampung, untuk dimakamkan oleh keluarga.
Kedatangan jenazah pasangan suami-istri yang dikenal sebagai pengusaha peci tersebut disambut warga dan keluarga dengan gegap gempita sholawat nabi.
Istad dan Wahyu Tri Ningsih dibunuh oleh Mbah Slamet alias Slamet Tohari di Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan modus penipuan bisa menggandakan uang.
Keduanya sempat dikabarkan dua tahun lamanya hilang.
Usai dibunuh, jenazah keduanya ditimbun di kedalaman satu meter di hutan Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara.
Jenazah pasutri tersebut tiba di rumah duka di Pesawaran Lampung pada Sabtu (8/4/2023) dinihari pukul 03.15 WIB dengan ambulans dari Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kehadiran jenazah pasutri warga Pesawaran korban dukun pengganda uang di Banjarnegara didampingi anak korban, Alda.
Alda merupakan anak dari almarhum Irsad dan Wahyu Tri Ningsih.
Saat jenazah diturunkan dari peti, keluarga langsung menyambut dengan tangis dan rasa kesedihan. Terlebih lagi kesedihan terlihat dari Ngalimun, ayah kandung almarhum Wahyu Tri Ningsih.
Keluarga dan warga yang hadir menunggu jenazah Irsad dan istri menyambut kedatangan tersebut pun bersolawat.
Hingga saat ini masyarakat dan keluarga besar sedang mempersiapkan untuk pemakaman.

Jenazah keduanya kemudian dimakamkan pada pukul 08.00 WIB di TPU Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo.
Hingga pada pukul 06.39 WIB para pelayat mulai berdatangan ke rumah duka yang berada di Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon.
Korban Perajin Peci
Korban pembunuhan dukun pengganda uang Mbah Slamet di Banjarnegara Jawa Tengah merupakan perajin peci tapis asli Pesawaran Lampung yakni Peci Bordir Dendi.
Profesi dan status korban pembunuhan dukun pengganda uang dikemukakan oleh Kepala Desa Tanjung Rejo, Sanjaya kepada Tribun Lampung pada Rabu (5/3/2023).
Sanjaya melayat ke kediaman rumah korban yakni Irsyad (44) dan Wahyu Tri Ningsih (41) yang berada Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran Lampung.
Baca juga: Ciri-ciri 8 Jasad Korban Mbah Slamet yang Belum Teridentifikasi, 4 di Antaranya Perempuan
Sanjaya mengatakan bahwa pekerjaan pasutri baik suami dan istrinya sebagai penenun tapis.
Bahkan keduanya memiliki usaha di rumah yang sudah berjalan sejak 2014 lalu dengan nama Lembaga Pelatihan dan Kursus Mutiara.
Dikatakannya usaha milik korban tersebut bergerak pada usaha tapis, bordir dan jahit.
Korban yang sudah dua tahun tidak pulang itupun merupakan perajin tapis yang pernah bekerjasama dengan pemkab Pesawaran untuk membuat peci bordir Dendi.
Baca juga: Sosok Mulyadi, Korban Pembunuhan Berantai Dukun Pengganda Uang Mbah Slamet, Hilang Sejak 2021
“Peci yang identik dengan Pesawaran tersebut memang sudah terkenal dan korban yang membuatnya,” tutur Sanjaya.
Tapis adalah jenis tenunan yang berbentuk seperti kain sarung, dipakai oleh kaum wanita suku bangsa Lampung.
Tapis terbuat dari benang kapas, pada umumnya bermotif dasar garis horizontal, pada bidang tertentu diberi hiasan sulaman benang emas, benang perak, atau sutera dengan menggunakan sistem sulam.
Tukidi, salah satu tetangga korban Irsad di Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, menceritakan sosok pasutri Irsad dan Wahyu semasa hidupnya.
Tukidi mengaku mengenal dekat almarhum Irsad sebagai perajin terkenal di Desa Tanjung Rejo, juga di Kabupaten Pesawaran.
Irsad pernah membuat dan memberikan peci tapis buatannya kepada masyarakat setempat. "Yang saya pakai ini merupakan peci tapis buatannya," ucap Tukidi kepada Tribun Lampung.
Tukidi menyebut, sosok Irsad adalah pengusaha yang tekun dalam merintis usaha.
Bahkan, Irsad memiliki usaha sendiri di rumah dengan membuka kursus dan pelatihan membuat tapis.
Rumah Belum Selesai
Sebelum kepergiannya, Irsad telah membuat bangunan yang nanti menjadi rumah produksi untuk membuat tapis.
Bangunan tersebut belum selesai, dan berhenti dibangun pada tahun 2021.
"Masih belum selesai, tinggal pasang rolling door dan perlengkapan lainnya," tutur Tukidi, salah satu tetangga Irsad.
Saat itu menurut Tukidi, usaha produksi tapis Irsad sudah mulai maju.
Bahkan Irsad telah memiliki beberapa pekerja yang membantu usahanya tersebut.
"Bangunan yang berada di depan rumahnya kini telah terbengkalai dan tidak dilanjutkan pembangunannya. Padahal itu akan dipakai untuk jadi tempat kerjanya," imbuh Tukidi.
Hingga akhirnya pembangunan produksi tapis terhenti sejak Irsad dan istri pergi merantau ke Jawa di tahun 2021.
Tukidi mengatakan, Irsad dan istri adalah sosok yang ramah. Almarhum Irsad adalah sosok yang mudah berinteraksi dengan lingkungan.
"Bahkan jadi pribadi yang religius," kata dia.
Dengan peristiwa yang menimpa tetangganya tersebut menjadi cerminan bagi dirinya serta masyarakat lainnya.
Untuk tidak melakukan hal serupa, yakni percaya dengan hal-hal di luar nalar. "Saya tidak menyangka dengan kepergian orang sebaik dia," pungkasnya.
Sementara itu rekan sesama penenun tapis, Redawati, mengatakan, dirinya berduka cita atas kabar duka yang menyangkut kedua rekan satu profesinya tersebut.
Pasalnya dirinya mengenal keduanya sejak merintis usaha sebagai penenun tapis.
Redawati mengungkapkan, perjuangannya dimulai dari nol hingga sampai memiliki rumah bahkan juga memiliki usaha dan membuka kursus.

“Bahkan saya tahu betul saat itu almarhum masih menjadi perajin peci di Bandar Lampung, ucap Redawati kepada Tribun Lampung.
“Dan si Tri atau sang istri melakukan usaha tapis kecil-kecilan di rumahnya,” imbuhnya.
Mereka pun kemudian membuat usaha sendiri di rumah ketika mendapatkan bantuan mesin tapis dari mantan Bupati Pesawaran yakni Aries Sandi.
Kemudian mendapatkan kembali bantuan mesin dari Bupati Pesawaran saat ini yakni Dendi Ramadhona.
Sehingga mesin bantuan dari pemerintah daerah tersebut dipakai oleh keduanya untuk merintis usaha serta juga memiliki karyawan dari usaha yang semakin maju dirintisnya.
Sudah lama kenal
Kedua pasang pasutri korban keganasan Slamet Tohari sang dukun pengganda uang merupakan sahabat dekat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kapolres Pesawaran, AKBP Pratomo Widodo saat diwawancarai pada Rabu (5/4/2023).
Pratomo menjelaskan, bahwa kedua pasutri tersebut telah saling mengenal dan keduanya sama-sama melakukan keberangkatan ke lokasi dari Slamet Tohari.
“Dan memang sebenarnya para korban saling memberi tahu dan kemudian berangkat kesana,” kata Pratomo.

Terkait hubungan antara siapa yang mengenalkan Slamet Tohari kepada dua pasutri tersebut Polres Pesawaran masih mendalami perantaranya.
“Jadi, siapa yang memperkenalkan kepada Slamet Tohari ini ada satu orang,” ucap Pratomo.
Dan sampai saat ini masih akan berkoordinasi dengan Polres Banjarnegara untuk mengambil keterangan dari seorang perantara tersebut.
“Terkait apakah perantara itu terlibat atau tidak,” katanya.
“Atau bisa juga perantara itu merupakan seorang korban,” jelas dia.
Hilang kontak sejak 2021
Anak bungsu korban pembunuhan dukun pengganda uang Mbah Slamet mengaku ayah ibunya hendak pulang ke Pesawaran sebelum hilang kontak.
Rani Dwi Ulandari mengatakan, bahwa dirinya merupakan anak kedua dari pasangan Suheri dan Riani yang menjadi korban dukun palsu pengganda uang Mbah Slamet.
Rani terakhir berkomunikasi dengan kedua orangtuanya pada 8 September 2021.
Kala itu, sang ayah mengabarkan sebentar lagi akan pulang ke Pesawaran. “Dia bilang sudah mau pulang dari lokasi daerah sana,” imbuhnya.
Rani mengungkapkan pertemuan terakhirnya menjelang keberangkatan orangtua tersebut.
“Saat itu ayah pamit hendak bekerja, karena ayah merupakan bekerja sebagai pemborong,” ucap Rani.
Ditambahkannya, saat itu sang ayah mengaku hendak bekerja mengerjakan sebuah proyek pembangunan rumah di Pulau Jawa.
Dia mengatakan sang ayah akan bekerja di Semarang. “Tetapi saat itu ayah bilang daerahnya bukan di Semarang tapi di Tulung Agung,” jawab Rani.
Rani teringat saat dirinya kerapkali bertanya mengenai kapan orangtuanya akan kembali ke rumah.
“Namun, hanya bilang nanti dan sebentar lagi,”
“Beberapa hari lagi,”
“Terakhir ayah itu nelpon ga ke angkat pukul 17.30 pada 8 September 2021 sebelum lost kontak, dan setelah ditelpon balik sudah tidak aktif,” kenangnya.
Rani pernah mencoba untuk menghubungi sang ibu namun hasilnya sama, sang ibu tidak bisa dihubungi.

“Pernah menelpon hape dan nomor WA, bahkan sudah minta tolong teman dan saudaranya (pakde),” ujar dia.
Namun, tidak ada satupun yang mengangkat bahkan nomor tidak tersambung.
Rani mengatakan bahwa Suheri dan Riani merupakan orangtua yang baik.
Saat di rumah, Suheri merupakan ayah yang lucu serta taat beribadah.
Penulis: Oky Indra Jaya | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Sumber: Tribun Lampung
Dukun Sadis di Banjarnegara
4 Jenazah Korban Dukun Slamet Masih Misteri, Polres Banjarnegara Buka Posko Laporan Orang Hilang |
---|
Update Kasus Pembunuhan Berantai Mbah Slamet, 28 Orang Dilaporkan Hilang |
---|
Turunkan Alat Berat, Petugas Perluas Area Pencarian Korban Dukun Pengganda Uang Mbah Slamet |
---|
Pria di Lampung yang Kenalkan Korban dengan Mbah Slamet Diamankan, Ada Kemungkinan Pelaku Bertambah |
---|
Korban Dukun Pengganda Uang Banjarnegara Asal Palembang Teridentifikasi dari Struktur Gigi |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.