Perampokan di Rumah Wali Kota Blitar
Para Pelaku Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar Saling Bertemu Ketika di Lapas Yogyakarta
Awal mula para pelaku perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar saling bertemu dan membentuk komplotan perampok. Para pelaku merupakan residivis.
TRIBUNNEWS.COM - Para tersangka kasus perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Jawa Timur, merupakan residivis yang saling bertemu di penjara.
Sebelum beraksi di Rumah Dinas Wali Kota Blitar pada 12 Desember 2022 lalu, mereka telah merampok perusahaan rokok ternama di Pasuruan, Jawa Timur.
Tiga dari lima gerombolan perampok ini telah ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim.
Identitas para pelaku yang ditangkap, yakni Mujiadi (54), Ali (57), dan Asmuri (54).
Dalam aksi perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, para tersangka mengambil uang Rp730 juta dan perhiasan.
Kanit III Subdit III Jatanras Dirreskrimum Polda Jatim, Kompol Trie Sis Biantoro, mengatakan para tersangka berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Baca juga: Perampok Rumah Dinas Wali Kota Blitar Ternyata Sudah Amati Situasi TKP Selama Seminggu
Gerombolan perampok ini dibentuk oleh Mujiadi bersaama Asmuri.
Keduanya sama-sama pernah mendekam di Lapas Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dari tahun 2007 sampai 2008, karena terjerat kasus narkoba.
Mujiadi kemudian mencari anggota baru lagi dan bertemu dengan Ali Jayadi, Oki Supriadi, dan Medi Afrianto.
"Iya otaknya Mujiadi, dan berkenalan Asmuri. Mereka sama sama tahanan narkotika ketemu di lapas."
"Lalu pada tahun 2007 atau 2008. Setelah keluar 2010, lalu mulai ngerampok rampok gitu. Langsung 5 orang itu menjadi satu tim komplotan," jelasnya, Jumat (13/1/2023), dikutip dari TribunJatim.com.
Anggota gerombolan ini memiliki rekam jejak kasus yang berbeda-beda.
Hal ini dianggap sebagai modal gerombolan ini merencanakan aksi kejahatan.
Sosok Otak Perampokan

Hingga saat ini, polisi masih mendalami kasus yang menimpa Wali Kota Blitar, Santoso, dan memburu dua pelaku lain.
Aksi perampokan ini terungkap sebulan setelah para pelaku melancarkan aksinya pada Senin (12/12/2022).
Baca juga: Polisi Ungkap Perampok Rumah Dinas Wali Kota Blitar Lihai: Gunakan Cara Ini Agar Tidak Terdeteksi
Tersangka Mujiadi (54) merupakan otak dari aksi perampokan yang menggasak uang Rp730 juta dan perhiasan milik Wali Kota Blitar.
Peran Mujiadi sangat krusial karena menjadi pemimpin sekaligus koordinator aksi perampokan.
Mujiadi lahir di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur dan saat ini tinggal di Bekasi Utara.
Sebelumnya, Mujiadi telah lima kali keluar masuk penjara karena melakukan beberapa kesalahan salah satunya yakni kasus perampokan.
Direktur Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Totok Suharyanto, mengatakan otak kasus perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar telah lima kali masuk penjara dengan kasus yang berbeda-beda.
"Ini sudah lima kali menjalani hukuman sejak 2008, 2012, 2017, 2019, terakhir 2020 di Madiun."
"Rencana kita akan telusuri pendalaman terhadap proses ini seluruhnya," ujarnya, Kamis (12/1/2023).
Baca juga: Tiga dari Lima Pelaku Perampokan Rumah Dinas Ditangkap, Wali Kota Blitar Mengaku Tidak Kenal Pelaku
Dalam kasus perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Mujiadi menjadi tersangka dengan pembagian uang terbanyak.
Hal ini dilakukan karena Mujiadi merupakan otak perampokan dan pemimpin komplotan.
"Yang paling besar adalah MT, karena sebagai otak untuk melakukan aksi Pasal 365, termasuk merancang, termasuk yang menyiapkan pakaian termasuk yang beli Innova. Sisanya Rp100 juta, Rp115, dan Rp125 juta," pungkasnya.
Sementara itu, Kompol Trie Sis Biantoro menjelaskan para perampok berani melakuakan aksinya karena sudah pernah dipenjara sebelumnya.
"Iya karena mereka kerap keluar masuk penjara. Kecenderungannya memiliki keberanian untuk melakukan perampokan."
"Mereka residivis berbagai wilayah di Papua. Iya berani berdasarkan pengalaman," terangnya.
Baca juga: Polisi Tangkap 3 dari 5 Pelaku Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Rekaman CCTV Jadi Bukti

Wali Kota Blitar, Santoso, mengucapkan terima kasih kepada jajaran kepolisian yang telah menangani kasus perampokan yang dialaminya.
Ia juga berterima kasih kepada para ASN kota Blitar yang ikut mendoakan kasus ini terungkap dan para pelaku dapat ditangkap.
"Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Kapolda Jatim beserta jajarannya, yang telah bekerja keras, yang telah menunjukkan pelaku, ada tiga orang yang sudah tertangkap."
"Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kapolres Blitar Kota beserta jajarannya yang ikut membantu mengungkap kasus itu," ucapnya, Kamis (12/1/2023), dikutip dari Surya.co.id.
Baca juga: Ancam Mundur karena Ajudan Istri Dimutasi, Wabup Blitar Rahmat Santoso Punya Harta Rp19,3 Miliar
"Tidak lupa, saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat dan ASN Kota Blitar yang ikut mendoakan agar kasus segera terungkap," imbuhnya.
Santoso mengetahui kabar penangkapan tiga pelaku perampokan melalui siaran televisi di ruang kerjanya.
Meskipuan belum semua pelaku ditangkap, Santoso mengapresiasi adanya progres dalam kasus perampokan yang sempat membuat sang istri trauma.
"Dalam waktu satu bulan, pelakunya sudah tertangkap meskipun belum semuanya. Ini menjadi pelajaran berarti bagi kita semua," ujarnya.
Lebih lanjut, Politisi PDI Perjuangan ini mengaku tidak mengenali para pelaku perampokan.
Lantaran, saat kejadian ia tidak bisa melihat karena disekap bersama istrinya.
Selain itu, ia juga mengalami penganiayaan karena menolak memberitahu lokasi penyimpanan uang.
"Saya disekap, mata saya tidak bisa melihat, tidak ada yang kenal (pelaku). Yang jelas saya menghargai upaya yang dilakukan Polda, setidaknya ada tiga pelaku yang tertangkap, saya doakan semoga yang dua segera tertangkap," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJatim.com/Luhur Pambudi/Samsul Hadi) (Surya.co.id/Samsul Hadi)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.