30 Peti Tomat Dibuang di Pinggir Jalan di Lampung, Pemerintah Prihatin
Diketahui, aksi itu dilakukan oleh seorang pengepul sayuran bernama Marwan.
Editor:
Erik S
Nata mengatakan, harga tomat Rp 500 per kilogram itu sebenarnya tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan para petani.
Sehingga banyak petani yang memilih tidak memanen tomatnya sembari menunggu harga naik.
"Per hari ini kami sudah mengecek bahwa harga tomat dari petani Rp 800 per kilogram," ungkapnya.
Baca juga: Menkominfo: Kalau Sudah Pakai Set Top Box Otomatis akan Menerima Layanan TV Digital
"Sementara di pengumpul mencapai Rp 1.000 per kilogram," tambah dia.
Atas kejadian viral tersebut, pihaknya telah menindaklanjutinya dengan melakukan koordinasi ke kementrian terkait.
"Tadi dari Dirjen rencananya akan ke sini membawa mobil kontainer untuk mengangkut 2-3 ton tomat dengan harga Rp 800 per kilogram," terangnya.
"Namun, saat ini di pengepul harga sudah mencapai Rp 1.000 per kilogram," imbuh Nata.
Hal ini menjadi masalah baru bagi pihaknya.
"Inilah salah satu kesulitan kita. Begitu viral, harga pasti naik," kata Nata.
"Dan kenaikan harga itu tidak bisa kita adang," lanjutnya.
Meski demikian, Nata mengaku, momen tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran.
"Paling tidak, dengan adanya fenomena ini membuat sentakan bagi kita untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di industri pengolahan tomat," jelas dia.
Akan tetapi dalam menjalin kerja sama tersebut, terus dia, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.
"Kita tidak bisa sembarangan melakukan kerja sama. Kita harus berhati-hati karena kerja sama ini memerlukan komitmen di antara para pemangku kepentingan," jelasnya.
"Apabila suatu pihak mangkir, itu akan menimbulkan kesulitan terhadap pihak lainnya," imbuh dia.