Saat Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu di Lahat Terpaksa Kurangi Produksi
Kenaikkan harga minyak dan kedelai berdampak bagi pengrajin tahu di Lahat, Sumatera Selatan.
TRIBUNNEWS.COM, LAHAT- Kenaikkan harga minyak dan kedelai berdampak bagi pengrajin tahu di Lahat, Sumatera Selatan.
Kenaikkan itu berimbas kepada hasil produksi tahu dan penjualan.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak bulan Januari 2022.
Jika sebelumnya hanya Rp10 ribu perkilogramnya (Kg), pada bulan Februari mengalami kenaikan Rp1.200.
Atau sudah tembus diangka Rp11.200 per-Kg.
Tak hanya kedelai, harga minyak goreng curah juga naik dari semula Rp16 ribu menjadi Rp18 ribu perliter.
Bahkan keluhan pun dirasakan produsen saat membeli minyak goreng kemasan yang susah dicari dengan harga murah, jika ada pun ada harganya pun melambung diangka Rp19 ribu.
Hal itu seperti diungkapkan Susi (40) produsen tahu di Kelurahan Talang Jawa Utara, Kota Lahat.
Diungkapkapkanya, baru baru ini Kedelai impor dibelinya di toko-toko sembako.
Kenaikan harga kedelai dan susahnya mencari minyak goreng, membuat hasil produksi sementara dikurangi.
"Terpaksa kita mengurangi produksi. Biasanya sebelum terjadinya hal ini kita produksi dua pikul, sekarang hanya satu pikul,"ungkapnya.
Dampak tersebut juga berpengaruh terhadap hasil produksi mau dibawa kemana.
Apabila sebelumnya pasar-pasar semua terisi dengan penjualan tahu, namun lokasinya sekarang hanya beberapa tempat.
"Dulu kita pasarkan di Pasar Kaget, PTM, Pasar Lematang, namun sekarang hanya di pasar PTM saja, sedangkan Pasar Lematang hanya beberapa," kata pengrajin tahu ini, Jumat (18/2/2022).
Senada disampaikan Johan (30) produsen tahu.
Dia meminta agar pemerintah bisa mengatur harga kedelai.
Setidaknya harga kedelai bisa dipatok stabil selama sebulan, tidak terus menerus naik dalam hitungan hari.
"Kami usulkan agar harga kedelai ini stabil minimal 1 bulan saja. Atau kalau mau idelanya 3 bulan, sama seperti minyak goreng curah yang tiba-tiba naik," ungkapnya.
Terpisah Wakil Ketua I DPRD Lahat, Gaharu SE MM meminta dinas teknis untuk mengecek dan mencari pembenaran terkait kondisi tersebut.
Karena masa pandemi saat ini, pelaku UKM sangat bergantung dengan bahan baku dan proses pembuatan untuk usaha mereka.
"Minyak goreng dan kedelai harus dicek kelapangan oleh dinas terkait. Karena ini menyangkut usaha masyarakat," katanya.
Sebelumnya, Kapala Dinas Perdagangan Pemkab Lahat, Fikriansyah, SE MSi, mengungkapkan terjadi lonjakan sejak ditetapkanya harga eceren tertinggi oleh pemerintah pusat dalam hal ini kementrian perdagangan lantaran terjadi penurunan harga.
Saat ini untuk harga minyak curah Rp11. 500, kemudian minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 dan harga minyak goreng kemasan premium Rp14.000.
"Penurunan harga ini membuat permintaan tinggi. Makanya bisa saja warung atau toko tempat warga membeli minyak goreng kehabisan stok"ujarnya.
Pihaknya sendiri dalam waktu dekat akan melakukan sosialisasi kepada distributor dan pedagang besar di Lahat terkait ketetapan harga eceran tertinggi.
Selanjutnya, akan dilakukan pengawasan agar pedagang atau penjual minyak goreng tidak menyalahi.
"Harga sekarang lebih murah. Kalau dahulu diberikan subsidi oleh pemerintah. Tentu aturan ini harus dipatuhi oleh distributor atau pedagang,"ujarnya. (SP/EHDI)
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu di Lahat Terpaksa Kurangi Produksi