Ritual Celana Dalam Buang Sial di Gunung Sanggabuana Karawang, Kades, MUI, Dinas Pariwisata Bersuara
Viral video memperlihatkan celana dalam berbagai warna berhamparan di area pegunungan Sanggabuana Karawang, hal ini tuai komentar dari sejumlah pihak.
Aktivis Karawang minta Pemerintah Kabupaten Karawang menertibkan ritual membuang celana dalam di Pegunungan Sanggabuana, Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hal karena dinilai merusak lingkungan dan moral masyarakat.
"Itu sudah ada sejak lama, tapi karena dibiarkan gitu saja sama pemerintah sehingga terus terjadi fenomena itu. Terlebih saat bulan maulid nabi," ujar Pengiat Kebudayaan Ketua Umum LSM Lodaya Karawang, Nace Permana, Rabu (27/10/2021).
Nace melanjutkan ritual ini selalu hadir setiap tahun saat bulan mulud atau maulid nabi.
Karena tidak ada aturan dari Pemkab, bahkan penertiban tidak pernah dilakukan sehingga kegiatan itu terus berlangsung sejak lama dan turun temurun diikuti oleh masyarakat.
Diakuinya, padahal dalam ritual itu tidak ditegaskan membuang sial itu harus membuang pakaian maupun pakaian dalamnya.
“Ini sudah lama dari dulu, dan masyarakat banyak yang akhirnya ikut-ikutan ritualnya, karena dari dulu tidak ada aturan ataupun imbauan dari Pemkab, jadi seperti dibiarkan begitu saja,” terangnya.

Dia mengaku khawatir bila dibiarkan keasrian pegunungan Sanggabuana terganggu.
Bahkan bisa berbahaya terhadap kelestarian lingkungan sekitar.
Apalagi celana dalam ini sampah yang sulit terurai.
Maka dari komunitasnya seringkali melakukan pembersihan dan membakar sampah celana dalam tersebut.
“Ini kan celana dalam dan tentunya berdampak terhadap kesehatan lingkungan dan juga kelestarian lingkungan di Sanggabuana, apalagi limbah celana dalam ini banyak dan tersebar diberbagai pancuran,” ucapnya.
Baca juga: Curhat Pilu Ibu Muda Menyusui Korban Keracunan Rice Box PSI: Sepekan Tidak Boleh Menyusui Anaknya
Menurutnya, ritual buang celana dalam itu juga atas perintah dari para kuncen ataupun pemandu para peziara.
Maka itu mereka juga perlu ada pembinaan bagi kuncen-kuncen atau pemandu para peziarah.
“Kalau perlu memang harus dibina para pemandu atau kuncen peziarahnya, agar tidak ada lagi ritual buang celana dalam,” tandasnya.