Sabtu, 4 Oktober 2025

Liputan Khusus

Semarang, Demak, Pekalongan Bakal Tenggelam. Sawah Jadi Laut

Dalam waktu beberapa tahun lagi, Kota Semarang, Demak dan Pekalingan diprediksi bakal tenggelam tergerus rob. Sudah banyak warga yang pindah.

Editor: cecep burdansyah
Tribun Banyumas
Nanang Hasyim dan keluarga menerobos rob sambil bertelanjang kaki saat bersilaturahim ke rumah saudara dan tengga di Dukuh Clumprit, Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Kamis (13/5/2021). 

Meskipun sedimen yang terbentuk cukup tebal, namun karena tidak begitu solid maka membuat permukaan tanah mudah turun. Hal itu ditambah dengan banyaknya industri yang menggunakan air tanah di wilayah pesisir.

"Sudah kondisi tanahnya seperti itu, ditambah pengambilan air tanah sebagai penopang permukaan hilang diambil oleh industri. Maka ini akan mempercepat penurunan muka tanah," tegasnya.

Air bawah tanah

Pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk lebih mengawasi penataan kota. Ia berharap, industri-industri besar tidak terlalu mendekati pesisir Kota Semarang.

 "Industri yang cenderung eksploitatif terhadap air bawah tanah juga musti digeser. Tidak boleh ada di pesisir. Pesisir hanya bisa untuk kantor jasa atau perniagaan," paparnya.

Berdasarkan catatannya, penurunan muka tanah di Kota Semarang berkisar antara 6 hingga 12 cm per tahun. Maka pihaknya sangat mengontrol penggunaan air bawah tanah untuk komersil.

"Jujur banyak pengusaha yang marah kepada saya. Tapi tidak apa-apa. Lebih baik kan saya menyelamatkan lingkungan. Kalau nekat ya saya sadarkan. Berarti mereka ikut andil dalam penurunan muka tanah," tambahnya.

Tak hanya upaya itu saja, ia juga mendorong PDAM untuk mempercepat pembangunan SPAM Semarang Barat yang diambil dari Waduk Jatibarang. Karena dengan adanya itu, bisa memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga Kota Semarang.

"Kalau itu sudah jalan. Kebutuhan air di kota ini bisa terpenuhi. Sehingga tidak perlu lagi menggunakan air bawah tanah," tegasnya.

Adapun pembangunan tanggul laut yang jadi satu dengan tol Semarang-Demak sejatinya tidak mengatasi land subsidence. Tanggul laut tersebut hanya untuk mencegah masuknya air laut ke daratan.

"Tidak bisa mencegah penurunan muka tanah. Hanya mengatasi masuknya air laut ke daratan. Konsepnya bagus," tuturnya.

Sawah jadi laut

Rodi, satu di antara warga Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak mengenang masa lalu. Pasalnya, tanah miliknya sudah lenyap ditelan oleh ganasnya air laut yang menjorok ke daratan.

Sejak lahir pada tahun 1966, Rodi kecil mengaku kerap bermain di pematang sawah bersama teman-temannya sebaya.

"Daerah sini dulu bagus. Masih banyak rumput. Masih ada tanaman padi. Saya dulu punya sawah di sini. Beberapa kali juga kerap main di sini dengan teman-teman," ujarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved