Selasa, 7 Oktober 2025

Wawancara Eksklusif

Perjuangan Adik Mahfud MD Jadi Rektor Unitomo, Berawal dari Petani (1)

Gagal jadi dokter, adik Menkopolhukam Mahfud MD, Dr Siti Marwiyah SH MH , berhasil jadi Rektor Universitas Dr Soetomo (Unitomo). Apa targetnya?

Editor: cecep burdansyah
zoom-inlihat foto Perjuangan Adik Mahfud MD Jadi Rektor Unitomo, Berawal dari Petani (1)
Surya/saiful
Rektor Universitas Dr Soetomo Surabaya (Unitomo) , Dr Siti Marwiyah SH MH di ruang kerja Rektor Unitomo Surabaya, Senin (7/6/2021).

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - ADIK bungsu Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Dr Siti Marwiyah SH MH dilantik menjadi Rektor Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya periode 2021-2025 pada Rabu (2/6) lalu.

Ia merupakan rektor perempuan pertama kampus yang berlokasi di Semolowaru tersebut.

Perjuangan Siti Marwiyah hingga dipercaya memimpin kampus tidaklah mudah. Sewaktu kecil di Pamekasan ia harus membantu orang tuanya bertani.

Itu pun lahan pertaniannya berjarak 14 km dari rumah dan ditempuhnya dengan naik sepeda.   

"Saya membantu orang tua saya menyirami tanaman tembakau saat pulang dari sekolah. Bahkan saat liburan sekolah 40 hari, saya full membantu bapak bertani sejak pagi hingga sore hari," ungkap Siti Marwiyah yang biasa disapa dengan sebutan Bu Iyat,  ketika menjawab pertanyaan Pemimpin Redaksi Tribun Jatim/Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya Tri Mulyono pada sesi pengambilan video wawancara eksklusif di ruang kerja Rektor Unitomo, Senin (7/6).

Kini setelah menjadi rektor Bu Iyat tetap akan berjuang dan bekerja keras agar kampus yang dipimpinnya menjadi universitas unggul.

Selengkapnya simak wawancara berikut ini:

Boleh diceritakan perjalanan karier mulai dari kecil hingga menjadi Rektor Unitomo?

Saya lahir di era tahun 1968, di mana menurut saya di masa itu tidak banyak orang tua yang kuat secara ekonomi.

Sejak saya bersekolah di SD Negeri 1 Bugik, Pamekasan, saya membantu orang tua saya menyirami tanaman tembakau saat pulang dari sekolah.

Bahkan saat liburan sekolah 40 hari, saya full membantu bapak bertani sejak pagi hingga sore hari. Untuk bisa sampai ke lahan pertanian saya harus menempuh jarak kurang lebih 14 kilo dengan menaiki sepeda.

Saya dulu juga sering sakit-sakitan, mungkin karena faktor ekonomi jadi saya kurang gizi. Pada saat itu bapak hanya seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah kantor kecamatan.

Tapi beruntung saat itu bapak mendapat bantuan dari kakak-kakak saya yang sudah menikah.

Beranjak dewasa saya gagal masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya padahal saya ingin menjadi dokter spesialis agar warga Madura tak perlu jauh-jauh ke Surabaya untuk diperiksa atau dirawat.

Mengingat tak banyak dokter spesialis di Madura pada saat itu.

Saya kemudian dijemput oleh kakak ipar saya (istri prof Mahfud MD) untuk dibawa ke Yogyakarta.

Saya melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan Fakultas Hukum di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta sesuai saran dari kakak saya Prof Mahfud MD.

Lulus dari sana, saya menjadi dosen fakultas hukum di Unitomo sejak 1 September 1992. Saya mulai semuanya dari bawah hingga sekarang saya menjadi rektor perempuan pertama Unitomo.

Memikul beban berat sebagai seorang pemimpin kampus di tengah pandemi Covid-19, apa yang Anda rasakan saat terpilih menjadi rektor?

Kami menyadari di masa pandemi perjalanan perguruan tinggi akan berbeda dengan sebelum Covid-19. Kami harus memiliki banyak strategi dan mengikuti kebijakan-kebijakan dari Dikti dan Kemendikbud dengan mengunakan sistem.

Oleh karena itu, Universitas Dr Soetomo merencanakan smart campus di mana segala proses pelayanan, pembelajaran, hingga admistrasi semuanya harus masuk ke era digital.

Selama Pandemi 1 tahun lebih, apa ada kejadian unik ketika menangani proses pendidikan yang sebagaian besar dijalankan secara daring?

Kebetulan Unitomo ini sejak tahun 2017 itu sudah menjalankan program e-learning meski hanya 40 persen.

Meski terbilang siap, awal-awal kami sempat mengalami down karena kurangnya prasarana. Namun tak berselang lama tim IT kami berhasil menangani hal tersebut. Sekarang semua sudah terkonekting jadi ketika kami membuka soal sudah ada nilai yang masuk secara otomatis.

Apa yang disiapkan Unitomo agar mahasiswa yang lulus nantinya dapat terserap di lapangan pekerjaan?

Kami mengubah kurikulum untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik. Tentu kami juga mengikuti sistem yang sudah ada dari Kemendikbud maupun Dikti.

Kita juga ada kerja sama dengan DUDI dan beberapa perusahaan maupun instansi pemerintah. Kami akan menitipkan mahasiswa kami untuk magang supaya diberi pelatihan sebagai pembekalan ketika dia lulus nanti sudah memiliki pengalaman.

Bidang IT mengalami peningkatan di masa pandemi, sejauh mana kesiapan para alumni Unitomo?

Sepemantauan kami ketika mahasiswa sudah semester 5, kami (Unitomo) mencari mahasiswa untuk magang di tempat kami saja kesulitan, maka sesungguhnya mahasiswa Teknologi Informatika Unitomo ini sebelum mereka lulus sudah banyak terserap di tempat lain.

Apa prioritas 100 hari kerja Rektor Unitomo?

Peningkatan jumlah mahasiswa, mambantu pendanaan mahasiswa yang cuti atau berhenti kuliah karena alasan ekonomi melalui program beasiswa dan bantuan dana yang diberikan oleh institusi atau perusahaan di luar Unitomo.

Di samping itu kami sedang merancang program Dompet Amal Pendidikan Unitomo Maju (DAPUMA)  di mana para dosen dan karyawan Unitomo dapat mendonasikan sebagian uangnya untuk membantu mahasiswa melanjutkan kuliah kembali.

Kami juga sudah melakukan komunikasi dengan beberapa pihak untuk membantu program fisik di Unitomo agar wajah Unitomo tampak berubah sedikit, 2 minggu lagi saya ke Jakarta karena sudah ada yang mau bantu.

Banyaknya mahasiswa yang cuti di Unitomo, apakah memang karena dampak dari pandemi atau faktor lain?

Mahasiswa cuti ini memang faktor utamanya ialah adanya pandemi. Saat kami mencoba berkomunikasi dengan mahasiswa. Mereka yang di luar Jawa seperti NTT, Maluku, Papua mengaku kesulitan untuk kembali karena biaya uang kos dan lain sebagainya.

Sebetulnya apa sih yang kurang dari yang dilakukan Unitomo?

Yang kurang menurut saya adalah pada pemanfaatan SDM, karena Unitomo sebetulnya memiliki SDM yang unggul.

Ada beberapa dosen hingga alumni kami yang memiliki potensi cukup bagus. Mereka lebih banyak berkembang di luar. Sehingga target kami memanggil mereka untuk mengajar di kampus sekaligus memberikan kelebihan mereka untuk kampus tanpa harus meninggalkan kegiatan di luar.   (mohammad zainal arif)

Baca juga: Asep Ganjar Penyandang Gelar Doktor Kendang Pertama

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved