Pemuda di Jogja Dikeroyok hingga Tewas, Ayah Gelisah dan Tak Bisa Tidur saat Malam Kejadian
Pemuda di Yogyakarta menjadi korban pengeroyokan hingga tewas. Korban dikeroyok sejumlah orang saat diajak temannya bertemu dengan para pelaku.
Mereka menunggu kabar dari anak kedua mengenai kondisi DW.
Selama berbincang dengan Tribun Jogja, pikiran Suparjiman tampak kosong.
Matanya yang memandang jauh kemudian menatap ke tanah. Dia terlihat masih belum lega jika belum melihat jenazah si anak.
Tamu-tamu berdatangan tak henti-henti sejak pukul 10.00 WIB. Sebagian dari mereka adalah teman main DW.
Adapula warga sekitar yang turut prihatin dengan kepergian pemuda itu.
Mereka memadati gang menuju rumah DW, menunggu kedatangan jenazah sahabat mereka yang ternyata baru bisa diantar kembali ke keluarga pukul 15.45 WIB.
Para tamu itu juga menyempatkan menemui Suparjiman, mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya.
Mereka memahami, pasti orang tua DW merasa terpukul dengan kepergian mendadak sang anak.
DW, anak bungsu Suparjiman kelahiran 1999 itu memang tidak pamit ketika ia pergi menjelang tengah malam.
Padahal, Suparjiman selalu berpesan kepada DW agar tidak tidur terlalu larut lantaran masih harus bekerja di pagi hari.
"Dia baru bekerja belum ada satu tahun, jadi (teknisi) perbaikan AC. Setelah lulus tahun lalu, dia kerja. Saya sudah pesan jangan tidur malam-malam. Saya tidak tahu kalau dia pergi saat itu,” tambahnya.
Di rumah, DW selalu tidur sekitar pukul 00.00 WIB, mengantisipasi agar tidak telat bekerja.
Namun entah mengapa, di hari di mana dirinya meregang nyawa, DW justru masih mengobrol dengan teman-temannya hingga larut.
Dia memilih untuk menunda tidur dan membantu teman-temannya yang terkena masalah.
“Tidak pernah, anak saya tidak pernah ikut geng ataupun terlibat kekerasan seperti itu. Ini saya juga bingung kenapa dia berani maju. Bukan dia yang punya masalah,” ucapnya lagi.