Seorang Warga Denpasar Bali Meninggal Dunia, 2 Hari Sebelumnya Sempat Ikuti Vaksinasi AstraZeneca
Maulana dikabarkan meninggal dunia diduga setelah sebelumnya sempat menerima vaksin dosis pertama, pada Sabtu (22/5/2021) lalu.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria, Muhamad Abdul Malanua alias Maulana (43) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di Kota Denpasar, Bali, Senin (24/5/2021).
Maulana dikabarkan meninggal dunia diduga setelah sebelumnya sempat menerima vaksin dosis pertama, pada Sabtu (22/5/2021) lalu.
Pria yang diketahui bekerja sebagai panjahit itu meninggal di kamar indekosnya di Jl Sebatik, Dusun Batu Bintang, Dauh Puri Kelod, Kota Denpasar, Bali.
Dikutip dari tayangan Kompas Tv, Rabu (26/5/2021), Kepala Dusun Batu Bintang Dauh Puri Kelod, I Nyoman Mardika, mengatakan pihaknya belum mengetahui penyebab Maulana meninggal.
Namun, dua hari sebelum meninggal Malanua sempat mengikuti vaksinasi di banjar (kantor desa adat)
Baca juga: Keluarga Setuju, Jenazah Pemuda yang Meninggal Setelah Vaksin AstraZeneca Diautopsi Pagi Ini
Baca juga: Jika Mengalami 5 Gejala Ini Pascasuntik Vaksin AstraZeneca, Segera Kontak Dokter
Vaksin yang disuntikkan kepada Malanua adalah AstraZeneca.
"Iya (benar) ada warga meninggal, sebelumnya pada tanggal 22 lalu sempat mengikuti vaksinasi di Banjar," kata Mardika, Senin (24/5/2021).
Atas laporan warga, Mardika mengatakan memang Maulana memiliki riwayat penyakit vertigo dan darah tinggi (hipertensi).
Sebelum divaksin pun, Malanua sempat ke klinik untuk berobat.
Tetangga korban mengatakan bahwa korban sempat mengeluhkan sakit.
Baca juga: Masukan Keluarga Trio, Pemuda yang Meninggal Setelah Vaksin AstraZeneca ke Pemerintah
"Sebelum vaksin, yang bersangkutan vertigonya kumat, dan sempat ke klinik untuk berobat," tutur Mardika.
Jubir Satgas Covid-19 Kota Denpasar, Dewa Gede Rai mengatakan bahwa belum mengetahui pasti penyebab meninggalnya Maulana.
Dirinya memastikan bahwa saat mengikuti vaksinasi, korban telah melakukan pengecekan kesehatan terlebih dahulu.
Dikabarkan, pada saat itu hasil pemeriksaan kesehatan pada Maulana terpantau normal.
Sehingga tetap dilakukan vaksinasi kepada Maulana.
"Kita belum tahu penyebab pasti kematian yang bersangkutan ini, karena informasi yang kami terima, yang bersangkutan memiliki riwayat penyakit," ujar Dewa.
Dewa juga mengatakan, sebelum dipulangkan ke tempat asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur, sempat dilakukan pemeriksaan jenazah Maulana oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali.
Baca juga: Ungkap Kematian Trio Usai Divaksin, BPOM Lakukan Uji Strelisasi dan Toksisitas Vaksin AstraZeneca
"Kemarin (jenazah dibawa) oleh tim BPBD ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaaan," terang Dewa.
Dikutip Kompas.com, Rabu (26/5/2021), zenazah Abdullah Malanua (43) itu tidak diotopsi.
Usai dilakukan pemeriksaan, jenazah langsung diserahkan kepada pihak keluarga.
Jenazah langsung dibawa pulang ke Banyuwangi, Jawa Timur yang merupakan tempat tinggal sang istri.
Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Kota Denpasar, dr. Kunthi Yulianti mengungkapkan, berdasarkan pemeriksaan luar, tak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.
Dalam pemeriksaan ini, polisi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara di kamar indekos yang ditinggali Maulana.
Tak hanya itu, pihak kepolisian juga telah mengumpulkan informasi dari beberapa saksi.
"Polisi sudah melakukan investigasi dan berkoordinasi dengan kami (Tim Forensik RSUP Sanglah) untuk menentukan cara kematian (Maulana)."
"(Untuk memeriksa atas kejadian) itu memerlukan pemeriksaan dokter forensik, saksi, hingga pemeriksaan TKP," terang dr. Kunthi saat ditemui di RSUP Sanglah Denpasar, Senin (24/5/2021).
Dr. Kunthi mengatakan jika polisi sudah menyerahkan jenazah ke keluarga, artinya tugas polisi sudah selesai.
"Jadi dari polisi sendiri sudah menyerahkan jenazah ke keluarga, jadi dari polisi sudah selesai," kata dr. Kunthi.
Baca juga: Komisi VI DPR: Proses Vaksinasi Jangan Dimanfaatkan Jadi Celah Bisnis
Menurut dr. Kunthi, penyebab kematian korban hanya dapat diketahui dari proses otopsi pada korban.
Namun, karena pertimbangan dari keluarga hingga investigasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian dirasa cukup, maka otopsi tak dilakukan.
Jika hanya melakukan pemeriksaan dari luar, dr. Kunthi mengatakan tidak dapat secara pasti menyampaikan penyebab meninggalnya Maulana.
"Jadi kalau dari pemeriksan luar, saya tetap mengatakan penyebab kematian tidak dapat ditentukan," tuturnya.
Dirinya juga tak mau berspekulasi mengenai waktu kematian yang terjadi setalah mengikuti vaksinasi Covid-19.
Hal ini lantaran dari pihak rumah sakit belum menerima laporan mengenai jadwal vaksinasi yang dilakukan korban.
"Saya juga tidak tahu pasti apakah betul beliau habis divaksin, tapi kami melakukan pemeriksaan luar atas permintaan polisi."
"Jadi dari polisi yang sudah investigasi disana mengatakan cukup, maka jenazahnya bisa diserahkan ke keluarga."
"Maka kami mengikuti sesuai permintaan polisi, bahwa jenazah bisa diserahkan," kata dia.
Sementara itu, Hadi (39) yang merupakan sepupu korban mengaku sudah mengikhlaskan kepergian Malanua.
Pihak keluarga sepakat untuk menolak otopsi dengan alasan agar jenazah bisa segera disemayamkan.
"Agar cepat selesai, di keluarga sana (Banyuwangi) juga ingin cepat, kita ikhlaskan saja, agar jenazah tenang dan kita bawa pulang," kata Hadi di RSUP Sanglah.
Baca juga: Syarat Vaksin Covid-19 Jemaah Haji, Fraksi PKS Minta Pemerintah Lebih Aktif Lobi Arab Saudi
Hadi membenarkan bahwa Malanua memang memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Namun ia tak mau berspekulasi lebih jauh perihal penyebeb kematian Malanua.
Hadi mengatakan, pihak keluarga juga sudah mengantongi surat perjalanan untuk membawa Malanua ke Banyuwangi, Jawa Timur.
"Surat perjalanan dari polisi sudah ada, intinya sudah selesai," pungkas Hadi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(Kompas.com/Ach. Fawaidi)