Minggu, 5 Oktober 2025

Ridwan Kamil Cari Petani Milenial, Janji Pinjamkan Tanah 2000 Meter, Pilihan Menikahi Kembang Desa

Ridwan Kamil dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat punya strategi jitu agar anak mudanya mau menjadi petani dengan program Petani Milenial.

kolase/instagram
Ridwan Kamil dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat punya strategi jitu agar anak mudanya mau menjadi petani dengan program Petani Milenial. 

"Yang sekarang sudah siap untuk dimanfaatkan itu kurang lebih ada 900 hektare di daerah Cianjur Selatan. Yang lainnya sedang dipersiapkan ada yang di Subang, Garut, Tasikmalaya, sampai Ciamis, kita inventarisir sekarang," katanya.

Berdasarkan informasi dari BUMD PT Agro Jabar, katanya, Kemensos dan Kementan RI sudah siap menyiapkan lahan untuk digarap oleh petani milenial. Respon positif ini, ujarnya, sangat luar biasa karena memang negara sedang mengupayakan untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Lahan-lahan tak terpakai ini, katanya, akan terus didorong sehingga tidak ada lagi lahan kosong di Jabar yang tidak termanfaatkan. Semua, ujarnya, harus termanfaatkan untuk sektor apa saja sehingga membuka peluang peningkatan daya beli masyarakat yang tentunya akan meningkatkan PDRB Jawa Barat dan menekan inflasi.

"Semua semangat karena nanti semangatnya itu adalah menahan urbanisasi, lalu memberikan kesempatan kerja kepada rekan-rekan kita yang hari ini terkena PHK di perkotaan dan daerah industri yang kembali ke desanya, supaya mereka tidak menjadi pengangguran. Bagaimana caranya penghasilan petani milenial ini sama dengan UMK di kota-kota besar," tuturnya.

Mengenai teknologi pangannya, Pemprov Jabar tengah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Semua teknologi akan dicoba diterapkan melalui program ini, menjadi perconrohan bagi petani lainnya. "Ketika bicara mengenai Petani Milenial ini kan jalur masuknya, tapi ke depannya ada yang namanya Peternak Milenial, Nelayan Milenial, bertahap. Tapi yang pasti kami diberikan target oleh Pak Gubernur, 2021 sudah bisa berjalan semua," katanya.

Antusias yang luar biasa ini, katanya, juga perlu direspon positif oleh pemerintah kabupaten dan kota sebagai yang memiliki wilayah dan masyarakat.

Pakar Ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi mengatakan, berdasarkan data sensus, dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat 48,27 juta jiwa, 28 persen diantaranya merupakan generasi milenial. Sementara secara nasional, jumlah kelompok milenial berada di angka 25,87 persen, dengan begitu kelompok milenial di Jabar lebih tinggi dari jumlah klasifikasi secara nasional.

Selain itu, Jawa Barat memiliki potensi kebutuhan komoditas bahan pangan, perkebunan, pertanian, dan lain sebagainya. Artinya potensi peluang bisnis itu ada."Sisi positif lainnya, dengan adanya program petani milenial, dapat merubah mindset anak muda soal pekerjaan tani, dan lebih dapat beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi, sehingga akan ada penemuan-penemuan baru, varietas baru, jaringan pemasaran yang lebih inovatif, gaya kemasan yang beragam, dan adaptasi pemasaran secara online yang lebih maju," ujarnya.

Meski demikian, perlu diketahui bahwa hal tersebut tidak mudah, karena sektor pertanian menjadi salah satu bidang ekonomi yang cukup kompleks permasalahannya, seperti rantai bisnis dan perdagangan komoditas pertanian"Selama ini petani, atau pelaku usaha pertanian kerapkali menikmati keuntungan dari hasil kerja kerasnya lebih sedikit dari harga yang sudah terbentuk di pasar, sehingga tidak jarang bahwa kesejahteraan petani malah turun," ucapnya.

Selain itu, Pemprov Jabar perlu menyampaikan bahwa seperti apa skenario jangka pendek dan menengah, salah satu asumsi yang perlu diperhatikan dengan bertambahnya petani milenial, maka potensi persaingan dengan petani eksisting tetap ada.

Disamping itu, Acuviarta juga menyinggung soal tantangan minat milenial untuk menjadi petani milenial.

Terlebih, generasi milenial dihadapkan pada keseharian dan ketertarikan pada hal-hal yang bersentuhan dengan digital teknologi dan praktis. Sehingga, jika harus bersentuhan dengan aktivitas pertanian dan tinggal di pedesaan dalam kurun waktu yang lama, maka hal tersebut patut diperhitungkan.

"Sekarang persoalannya berapa banya potensi penduduk klasifikasi milenial yang tertarik dan mau menjadi petani milenial? Saya kira tantangannya di situ. Sehingga butuh proses yang tidak mudah untuk mengadopsikan kelompok penduduk milenial dengan aktivitas pertanian di pedesaan," ujar Acuviarta.

Acuviarta menambahkan, bicara keuntungan, semestinya usaha di bidang pertanian dapat menguntungkan. Sebab, telah banyak negara yang masyarakatnya kaya dari sektor pertanian salah satunya Selandia Baru, dimana usaha pertanian dan peternakan di sana mampu membuat masyarakatnya sejahtera.

"Di Indonesia, kita defisit berbagai komoditas pangan, artinya di situ ada potensi pasar. Maka, hadirnya milenial dalam dunia pertanian, diharapkan tidak hanya merubah jumlah petani dan pelaku usaha pertanian saja, tetapi jauh dari itu ada upaya memperbaiki rantai nilai serta keuntungan menjadi petani itu sendiri," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved