PLN Kalbar: 2018, Ada 426 Peristiwa Padam Listrik Dipicu Kawat Layangan
pada 2018 lalu, ada total 426 kali peristiwa padam listrik akibat kawat layang-layang di wilayah tersebut.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Daerah Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik akibat gangguan 'kawat baja' layang-layang.
Senior Manajer Distribusi PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Kalbar Huslan Husain mengatakan bahwa gangguan ini biasanya disebabkan benang layangan yang menggunakan kawat baja.
"Gangguan yang sering dialami akibat layang-layang adalah pada benang dari layang-layang tersebut, di mana benang yang digunakan menggunakan kawat baja, ini biasa digunakan pada permainan layang untuk mengait layangan yang terputus," ujar Huslan, kepada Tribunnews, Minggu (1/11/2020).
Baca juga: Di Kalbar, Layang-layang Kawat Juga Sebabkan Gangguan Konstruksi
Ia menjelaskan bahwa kawat baja ini biasanya sering tersangkut pada penghantar saluran listrik.
Mulai dari saluran distribusi hingga saluran transmisi yang akhirnya menyebabkan terputusnya supply listrik.
"(Terputusnya supply listrik) dikarenakan kawat layangan tersebut membuat hubung singkat. Bahkan ada juga karena tertiup angin, kawat layang hinggap di switch gear Gardu Induk," jelas Huslan.
Huslan kemudian menyebut kawat baja ini tentunya bisa memutus penghantar jaringan distribusi listrik.
"Selain itu, kawat dari layang-layang bisa juga sampai memutuskan penghantar jaringan distribusi yang membuat penormalan sistem lebih lama," kata Huslan.
Perlu diketahui, pada 2018 lalu, ada total 426 kali peristiwa padam listrik akibat kawat layang-layang di wilayah tersebut.
Angka itu didominasi gangguan di Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Pontianak, yakni sebanyak 392 kali.
Menurut Huslan, dominasi gangguan layanan listrik di UP3 Pontianak ini mencapai 92 persen di 2018.
Sehingga ini tentunya menunjukkan bahwa unit pelayanan satu ini memiliki tingkat rawan gangguan layang-layang yang jauh lebih tinggi dibandingkan unit pelayanan di wilayah lainnya.
"Dengan jumlah gangguan layang-layang mencapai 92 persen dari total gangguan layang-layang pada 2018, maka UP3 Pontianak dapat dikatakan cukup rawan gangguan layang-layang dibanding dengan unit pelayanan lainnya," kata Huslan.
Di tahun 2018, gangguan akibat layang-layang ini mencapai angka 392 kali dari total keseluruhan 6.198 gangguan di UP3 Pontianak yang diakibatkan oleh hal lainnya.
Sementara itu, hingga Oktober 2020, persentase gangguan layangan mencapai angka 3 persen dari total gangguan UIW Kalbar.
"Unit Pelayanan yang paling berdampak pada gangguan layang-layang adalah UP3 Pontianak sebesar 66 persen, ini 200 dari 300 kali gangguan sampai dengan Oktober 2020," jelas Huslan.
Terkait rincian gangguan di UP3 Pontianak ini, Unit Layanan Pelanggan (ULP) yang sering mengalami gangguan karena layang-layang berkawat meliputi ULP Siantan sebanyak 82 kali, Kota 67 kali, Jawi 22 kali dan Mempawah 17 kali.
Ia menambahkan, dominasi gangguan yang disebabkan layangan berkawat ini biasanya terjadi saat cuaca cerah.
"Gangguan layangan cukup mengganggu pendistribusian supply listrik, terutama pada kondisi cuaca cerah," papar Huslan.
Lebih lanjut Huslan menyebut gangguan layangan turut berdampak pula pada gangguan konstruksi.
Tercatat gangguan konstruksi yang dialami di UP3 Pontianak hingga Oktober 2020 sebanyak 246 kali.
Gangguan ini paling banyak terjadi di ULP Siantan sebanyak 90 kali, Kota 74 kali, Rasau Jaya 24 kali, Ngabang 24 kali, serta Mempawah 22 kali.
"Data gangguan konstruksi ini sebenarnya adalah dampak dari gangguan layangan yang merusak peralatan konstruksi," pungkas Huslan.