Viral Video Curhatan Gadis yang Sempat Kasar pada Pacar, Ini Kata Psikolog soal Toxic Relationship
Soal sikap kasar seorang gadis yang viral di video TikTok, psikolog memberi tanggapan mengenai toxic relationship.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang warganet mengunggah video di media sosial TikTok soal pacarnya yang setia.
Pada video yang beredar di Instagram, perempuan tersebut memperlihatkan kemesraan dengan kekasihnya.
Dalam keterangannya, ia menulis sang pacara sabar menghadapi sikapnya.
Mengingat, perempuan tersebut sering bersikap kasar hingga melukai telinga kekasihnya.
Ia bersikap kasar karena pernah mendapat perlakuan serupa dari mantannya.
Berikut tulisannya dalam video TikTok yang diunggah:
"Cowok yang sabar bgt ngadepin aku, aku kasar aja dia alhamdulillah ga pernah bales sama sekali."
"Karena ulah aku hehe," ungkap perempuan tersebut sembari mengunggah foto telinga kekasihnya yang sedang diperban.
"cowok yang selalu setia, manjain aku selalu nurut ma aku, bisa berubah jadi lebih baik dari sebelumnya demi aku.
bersyukur bgt bgt sama Allah ngasih yang bisa ngadepin sikap aku.
aku bisa kasar dlu aku punya mantan pacar kasar bgt sama aku. aku jadi kebiasaan kasar.
setelah kejadian itu aku dah ga pernah kasar lagi sampe skrg.
krn takut kehilangan dia karena gaada orang seperti dia lagi mungkin," tulis pengunggah video TikTok itu.
Baca: Joshua Suherman Pamer Pose Unik Saat Foto Bareng Pacar, Pengakuannya di Instagram Curi Perhatian
Baca: Cabuli Pacar Setelah Dibawa Kabur ke Hotel, Pria di Situbondo Ini Dijemput Polisi di Rumahnya
Baca: Ibu di Samarinda Tega Siksa Bayinya yang Baru Usia 8 Hari karena Kesal dengan Pacar, Videonya Viral

Psikolog Keluarga, Adib Setiawan S Psi, M Psi, tak membenarkan sikap seseorang yang kasar karena perlakuan serupa yang diterima.
Menurutnya, pengunggah video tersebut seharusnya memaafkan sikap kasar dari mantan kekasih.
Sehingga, dirinya tak akan melakukan perbuatan serupa pada kekasihnya saat ini.
"Tentu tidak dibenarkan, kalau dulu pernah mendapat kekerasan dari mantan ya dimaafkan," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Jumat (12/6/2020).
"Toh sudah putus, sudah enggak ada hubungan, buat apa masih kesal sama mantan pacar."
"Mudah memaafkan juga cara supaya kekerasan itu bisa dihindari melakukan pada orang lain," terang psikolog yang berkantor di Bintaro, Jakarta Selatan itu.
Adib Setiawan menyebut, toxic relationship atau hubungan tak menyenangkan yang dialami pasangan tersebut bisa dikurangi.
Baca: VIRAL Pasangan Bertengkar Hebat sampai Banting HP, Psikolog Jelaskan Toxic Relationship yang Terjadi
Baca: Bicarakan Hal Negatif Tentang Pasangan ke Orang Lain? Ini Tanda-tanda Toxic Relationship
Baca: 2 Tahun Kesha Ratuliu Terjebak Toxic Relationship: Aku Dikatain Perempuan Murahan

Namun, apa yang dilakukan agar sadar jika seseorang sedang berada dalam toxic relationship?
Menurut psikolog keluarga di www.praktekpsikolog.com ini, perempuan tersebut bisa menuangkan perasaannya di buku harian.
Toxic relationship juga bisa dikurangi dengan mengobrol pada orang lain soal perasaannya.
"Bisa dilakukan dengan menulis buku diary, menulis apa yang dirasakan gitu bisa."
"Paling tidak apa yang dia rasakan itu tertuang dalam bentuk tulisan," ujar Adib.
Komunikasi yang dilakukan dengan orang lain itu, tentunya dilakukan sembari mengontrol diri sendiri.
"Toxic relationship juga bisa dikurangi dengan memperbanyak teman."
"Atau dia berusaha bercerita dengan suara yang datar tanpa menggebu-gebu, tanpa suara yang kasar keras."
"Sebisa mungkin menahan diri tidak memukul, tidak menyerang secara verbal," terangnya.
Baca: Wanita di Solo Gagal Nikah karena Kekasih Tak Datang di KUA, Sempat Akan Mediasi Tapi Malah Pulang
Baca: Didi Riyadi Apa Kabar? Ayu Ting Ting Buka Sudah Diajak Nikah Ivan Gunawan Hingga Bahas Keturunan
Baca: Kepada Raffi, Rizky Febian Bongkar Sule Akan Jual Rumah Demi Nikah Lagi, Sang Pelawak Bereaksi Ini

Ia menyampaikan, sikap kasar yang dilakukan oleh warganet tersebut bisa disembuhkan.
Namun, apabila ada mental block atau luka batin, maka harus mendatangi psikolog.
"Bisa (disembuhkan) cuma kalau kasarnya itu memang kondisinya ada mental block, kadang kala butuh psikolog untuk menyembuhkan," ungkap dia.
Psikolog yang juga berpraktek di Klinik Terapi Anak dan Dewasa YPPI ini, menyebut luka batin karena masa lalu tentu tak mudah untuk disembuhkan.
"Sederhananya sih menulis buku harian, berkomunikasi dengan tenang, itu bisa menyembuhkan, tapi kalau itu dijalankan dengan benar."
"Cuma bagi orang-orang yang memiliki luka batin itu tidak mudah."
"Harus disembuhkan dulu luka batinnya, agar dia bisa menghindari melakukan kekerasan," terang Adib Setiawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)