Virus Corona
Tanpa PSBB, Bali Bisa Turunkan Tren Kasus Covid-19, Bagaimana Caranya?
Tanpa PSBB, data harian di Bali sejak awal mei menunjukkan tren menurun. Data rata-rata kematian akibat covid juga paling rendah
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikram Masloman, mengatakan Provinsi Bali dapat menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah melakukan penanggulangan pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Menurut dia, wilayah yang dijuluki Pulau Dewata itu mampu mengontrol penyebaran Covid-19 tanpa memberlakukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Salah satu upaya yang dilakukan menangani Covid-19 dengan cara menerapkan kearifan lokal yang didukung kohesi sosial yang kuat.
Baca: Kronologi Pria Tanpa Busana Lari Keluar Hotel di Medan: Dipancing Chat, Ditunggu Dua Waria di Kamar
Baca: Fakta-Fakta Istri Ajak Dua Selingkuhan Bercinta di Rumah: Dilakukan Tiap Suami Pergi

"Provinsi Bali wilayah terpapar virus. Tidak memberlakukan PSBB. Sukses mengontrol penyebaran virus. Wilayah yang mampu mengontrol penyebaran virus corona meskipun tanpa pemberlakukan PSBB," kata dia, pada sesi pemaparan hasil survei, 5 Juni: Indonesia Mulai Bekerja Bertahap di 158 Wilayah, Sabtu (30/5/2020).
Dia menungkapkan, Bali merupakan model strategi berbasis pengawasan di akar rumput atau tingkatan terbawah.
Berdasarkan penelitian, kata dia, Bali melibatkan komunitas adat dan perangkat organisasi paling bawah yaitu RT/RW untuk mengawasi penyebaran virus.
"Sehingga walaupun tanpa PSBB data harian di Bali sejak awal mei menunjukkan tren menurun. Data rata-rata kematian akibat covid juga paling rendah dibanding data rata-rata kematian di level nasional," tuturnya.
Dia menjelaskan, keberhasilan Bali menangani pandemi Covid-19 dapat diimplementasikan ke daerah-daerah lain. Untuk itu, kata dia, strategi penanganan covid-19 harus diubah.
Baca: Kronologi Pria Tanpa Busana Lari Keluar Hotel di Medan: Dipancing Chat, Ditunggu Dua Waria di Kamar
Baca: Fakta-Fakta Istri Ajak Dua Selingkuhan Bercinta di Rumah: Dilakukan Tiap Suami Pergi
Sejak awal pandemik, strategi penanganan penyebaran virus corona bersifat top down. Dengan diikuti keputusan PSBB, masyarakat diminta tetap di rumah, dan pemerintah secara aktif melakukan kontrol terhadap penyebaran virus.
Melakukan tes virus terhadap mereka yang punya gejala (testing), melacak sejarah kontak (contact tracing), dan melakukan perawatan.
"Sejauh ini strategi yang dilakukan memang menunjukan bahwa penyebaran virus relatif terkontrol. Namun strategi ini membutuhkan waktu yang lama," ujarnya.
Mengingat populasi Indonesia yang padat dan letak geografisnya yang berpulau-pulau, dibutuhkan peran serta masyarakat yang lebih luas untuk mengontrol penyebaran virus. Kontrol penyebaran bisa dilakukan secara bottom-up.
Artinya kontrol penyebaran virus secara aktif dilakukan oleh level organisasi paling bawah yang bersentuhan dengan masyarakat yaitu RT/RW ataupun desa.
Baca: Kronologi Pria Tanpa Busana Lari Keluar Hotel di Medan: Dipancing Chat, Ditunggu Dua Waria di Kamar
Baca: Fakta-Fakta Istri Ajak Dua Selingkuhan Bercinta di Rumah: Dilakukan Tiap Suami Pergi
Sehingga tak perlu lagi menutup wilayah atau kota yang lebih luas. Jika terdapat wilayah yang dikategorikan zona merah penyebaran virus, wilayah tersebut dikontrol lebih
ketat.
"Kontrol berbasis cluster seperti ini memang mensyaratkan adanya peta atau mapping wilayah yang akurat dari pemerintah. Mana wilayah yang hijau (tak ada kasus), kuning (sedikit kasus) dan merah (banyak kasus)," tambahnya.