Virus Corona
Dua Petugas Lapas Cibinong Ikut Rapid Test Covid-19, Keselamatan Napi Jadi Sorotan
Syarifah Sofiah mengungkapkan dua petugas Lapas Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor telah menjalani rapid test.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Pandemi virus corona atau covid-19 kian meluas di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Muncul kekhawatiran Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cibinong sudah terpapar virus mematikan itu.
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah mengungkapkan dua petugas Lapas Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor telah menjalani rapid test.
Namun, hasil rapid test tersebut belum bisa dipastikan seseorang positif Covid-19.
"Satu sudah dilakukan swab test dan hasilnya belum keluar. Sambil menunggu hasil laboratorium mereka sudah diisolasi 14 hari. Satu lagi atas inisiatif sendiri mau swab test di Jakarta," kata Syarifah kepada pers, Kamis (23/4/2020).
Bila hasilnya positif, maka Tim satgas akan tracing mereka yang kontak.
"Termasuk napi yang pernah kontak akan kita periksa," katanya.
Hingga Rabu (22/4/2020) malam, Pemerintah Kabupaten Bogor mencatat ada 16 orang pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal sebelum dinyatakan positif ataupun negatif virus Corona (Covid-19).
- Baca: Anggota DPRD Jakarta Heran Namanya Masuk Daftar Penerima Bansos, Ketua FAKTA: RT/RW Perlu Dilibatkan
- Baca: 69.356 Warga Jakarta Ikut Rapid Test, 2.687 Diantaranya Positif Corona
Selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terjadi lonjakan kasus di wilayah itu.
Bupati Bogor, Ade Yasin mengumumkan ada 31 pasien baru terkonfirmasi positif COVID-19.
Dengan demikian, hingga Rabu (22/4/2020) malam, total kasus virus corona di Kabupaten Bogor mencapai 82 orang.
"Terkonfirmasi 31 orang tambahan kasus positif COVID-19. Hampir semua yang terkonfirmasi positif adalah mereka yang bekerja di Jakarta," ujar Ade Yasin.
Adapun 31 orang terkonfirmasi positif terdiri dari 20 orang berjenis kelamin laki-laki dan 11 orang perempuan.
Mereka merupakan warga Kecamatam Bojonggede (4), Gunung Putri (9), Cileungsi (11), Gununug Sindur (2), Cibinong (4), Babakan Madang (1), Kemang (1).
Sementara itu Orang Dalam Pantauan (ODP) berjumlah 389 orang, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 318 orang.
Melonjaknya kasus corona di wilayah Bogor kian menimbulkan kekhawatiran virus mematikan ini menjangkiti warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cibinong sehingga mengancam keselamatan warga binaan, khususnya mereka yang sudah berusia lanjut dan punya riwayat penyakit kronis.
Juru bicara pemerintah Indonesia terkait penanganan covid-19, Achmad Yurianto mengingatkan masyarakat untuk menjaga diri dengan menjaga jarak sosial dan fisik.
“Lindungi kelompok rentan, saudara kita berusia lanjut, penyakit kronis, jantung, tekanan darah tinggi, asma, TBC dan lain-lain. Mereka terinfeksi akan berakibat fatal,” ujar Yuri.
Sementara itu, Pengajar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar mengapresiasi Kementerian Hukum dan HAM yang telah membebaskan ribuan narapidana lewat asimilasi dan pembebasan bersyarat untuk menekan penyebaran virus corona baru (COVID-19).
Namun, warga binaan yang tidak menjadi bagian dari yang dibebaskan juga harus mendapat perhatian serius seperti mereka yang sudah berusia lanjut dan juga memiliki riwayat penyakit kronis.
Karena itu, Presiden dan Menteri Hukum dan HAM perlu mempertimbangkan keselamatan mereka.
"Program melepaskan atau membebaskan para napi melalui asimilasi dan pembebasan bersyarat dalam konteks mencegah penyebaran COVID-19 tidak ada masalah, memang seharusnya demikian. Apalagi LP di Indonesia ini punya problem over capacity," kata Abdul Fickar kepada wartawan di Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Menurutnya, dalam asimilasi atau pembebasan bersyarat memang ukurannya bukan umur tetapi apakah seorang napi sudah menjalani separuhnya atau sudah menjalani 2/3 hukuman.
"Mengenai ditemukan napi yang sudah berusia 60 tahun ke atas dan memiliki riwayat penyakit kronis, itu tugas dan kewajiban negara untuk mengisolasinya sesuai dengan protokol penanganan COVID-19," ujarnya.
"Mereka bisa menjadi pengecualiaan meskipun belum menjalani hukuman separuhnya sekalipun," tambahnya.
Sementara itu, Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah mendukung Pemerintah untuk melanjutkan program pembauran atau asimilasi terhadap narapidana.
Program yang dilaksanakan di masa pandemi covid-19 ini efektif mengurangi daya tampung lembaga pemasyarakatan.
Pengurangan daya tampung di lapas mendesak dilakukan karena penyebaran covid-19 sudah merajalela, termasuk di wilayah Bogor.
Pemerintah juga harus memikirkan keselamatan semua orang termasuk penghuni lapas.
"Karena permasalahannya, bila sudah kena satu orang, yang lain pasti terjangkit. Jadi, potensi penularannya tinggi sekali," tandasnya.