Konsep Merdeka Belajar Nadiem Makarim, Efektifkah Atasi Bullying? Ini Kata Ganjar dan Pakar
Konsep Merdeka Belajar yang Diwacanakan Naidem Makarim Efektif Atasi Bullying? Ini Kata Pakar
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memberikan perhatian serius terhadap kasus bullying yang menimpa seorang siswi di Butuh, Kabupaten Purworejo.
Ganjar bertindak cepat setelah mengetahui kejadian tersebut lewat akun jejaring sosialnya
Diketahui kasus ini mulai menjadi perbincangan sejak Rabu (12/2/2020) malam di berbagai platform media sosial.
Ganjar pun dituntut untuk segera menyelesaikan kasus tersebut serta mengambil langkah pencegahaan supaya aksi bullying tidak terulang kembali.
Pria kelahiran 28 Oktober 1968 ini mengaku telah melakukan berbagai cara secara intens dalam rangka mencegah aksi bullying di lingkungan sekolah.
Mengutip tayangan KompasTV, satu di antaranya adalah memetakan sekolah-sekolah di wilayahnya dari berbagai aspek.
"Kita buat peta atau sistem infomasi tentang sekolah. Dari fasilitasnya cukup atau enggak, gurunya ada atau tidak, kalau ada kapasitasnya bagaimana, kondisi siswanya seperti apa, hingga model belajarnya seperti apa," beber Ganjar.
Baca: Korban Perundungan SMP di Purworejo Berkebutuhan Khusus, Ganjar Fasilitasi untuk Pidah Sekolah
Ganjar juga mengutip pesan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, untuk membuat lompatan-lompatan di dalam sistem pembelajaran yang merdeka.
"Saya keliling ke sekolah sekolah ajak ngobrol mereka, ada masalah kita datangi satu-satu"
"Kita ajak ngobrol untuk membuat lomba-lomba olahraga atau kesenian. Kita ajak mereka suapa menyalurkan bakat dan talenta mereka kan. Bisa dari segi ilmiahnya, keagamaan, hingga sains. Kita berikan ruang ekspresi," ungkapnya.
Pendapat Ganjar perihal konsep merdeka belajar solusi mencegah aksi bullying juga diamini oleh Ketua Kampus Guru Cikal (KGC), Bukik Setiawan.
Bukik menilai saat ini menderita belajar sedang menjangkiti anak-anak di lingkungan sekolah.
"Selama ini anak-anak menderita di sekolah, sebagian besar murid di indonesia menderita belajar," kata Bukik saat dihubungi Tribunnews, Kamis (13/2/2020).
Bukik kemudian memberikan contoh simpel untuk membuktikan pernyataannya di atas tersebut.
"Itu kalau kita ditanya kamu kapan gembira di sekolah? Gembira ketik jam kosong, waktu istirahat, dan ketika pulang"
"Lepas dari sekolah mereka bergembira ria," lanjutnya.
Sedangkan, aksi bullying dapat terjadi dikarenakan suatu lingkungan tidak ada aturan dan norma yang jelas.
Ketika tidak adanya hal tersebut, membuat anak-anak yang memiliki kekuatan secara berlebih memiliki motivasi dan dorongan untuk mendominasi individu lain, termasuk temannya.
Menurut Bukik, kekuatan ini dapat berupa fisik mapun hal lainnya.
"Kekuatan simbolik segala macamnya," imbuhnya.
Baca: Maraknya Aksi Perundungan atau Bullying di Sekolah Coreng Dunia Pendidikan, Psikolog Ungkap Penyebab
Bukik melanjutkan, mirisnya aksi bullying juga sering terjadi di lingungan sekolah yang secara umum memiliki aturan di dalamnya.
Menurutnya, aturan yang dimaksud di sini bukan papan-papan bertuliskan aturan-aturan, melaikan lebih jauh dari itu.
Yakni aturan dan norma yang hidup dan dilaksanakan oleh individu di lingkungan tersebut.
"Peraturan yang ditulis tidak cukup," katanya.
Bukik menyampaikan konsep merdeka belajar adalah langkah yang tepat untuk menanggulangi maraknya aksi bullying.
Dalam konsep tersebut, para murid mendapatkan kesempatan dan ruang untuk mengembangkan dirinya sendiri.
"Mereka memperoleh kesempatan, kewenangan dan kepercayaan mengatur sendiri proses belajarnya"
Terakhir, Bukik menjelaskan satu dari sekian banyak manfaat penerapan konsep merdeka belajar, kemampuan murid untuk mengatur dirinya dikembangkan.
Sehingga hasil akhirnya potensi untuk terjadinya bullying dapat ditekan.
"Kalau ndak dapat kesempatan, kapan mereka belajar mengatur diri sendiri?" tandas Bukik.
Baca: Kasus Bullying Siswi di Purworejo, Ganjar: Jangan-jangan Sekolah Tak Mampu Selenggarakan Pendidikan
Konsep Merdeka Belajar

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan merdeka belajar dan kehadiran guru penggerak menjadi poin terpenting dalam peningkatan pendidikan di Indonesia.
Hal ini Nadiem ungkapkan dalam pidatonya saat peringatan Hari Guru Nasional 2019 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Senin 25 November 2019.
Menurut Nadiem, merdeka belajar memberikan kesempatan bagi sekolah, guru dan muridnya bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif.
Ia menyebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus membantu sekolah, guru dan, murid untuk bisa merdeka dalam belajar.
“Itu mungkin yang akan kita terus bantu dan saya sadar bahwa saya tidak bisa meminta atau mengajak guru-guru melakukan ini (merdeka belajar),” ujar Nadiem dikutip Tribunnews dari laman Kompas.com.
Selain merdeka belajar, Nadiem juga menyuarakan konsep guru bergerak.
Inti dari konsep ini merupakan guru yang mengutamakan murid-murid lebih dari apapun bahkan dari karir guru itu sendiri.
Keutamaan itu juga berlaku untuk murid dan pembelajaran murid.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo)