Wajah Baru Andung Biru Berkat Sentuhan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro dari PLN Peduli
Dulu, desa 5 jam perjalanan dari Surabaya itu, belum terjangkau listrik. Namun, kini Andungbiru jadi satu desa yang mampu menghasilkan listrik sendiri
TRIBUNNEWS.COM - Desa Andung Biru di kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, punya sejumlah cerita menarik soal bagaimana listrik mampu mengubah kehidupan warganya.
Dulu, desa yang berwaktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan dari kota Surabaya itu, belum terjangkau listrik.
Namun, sekarang Andungbiru menjadi satu desa yang mampu menghasilkan listrik sendiri.
Berkat program PLN Peduli melalui binaan CSR PT PJB UP Paiton, desa itu kini bisa memanfaatkan aliran sungai yang diubah menjadi energi gerak lewat Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH).
PJB UP Paiton Bangun Pembangkit Listrik Kapasitas 40 KW untuk 3 Desa di Probolinggo.
Pengelola PLTMH Desa Andung Biru, Muhammad Rasyid menjelaskan, kini sudah ada 3 unit PLTMH yang berada di desa ini yang mampu menghasilkan listrik sebesar 1.200 Kilo volt.

Bahkan PLTMH ini mampu menyalurkan listrik untuk 4 Desa sekaligus.
Hal yang unik, karena mayoritas warga desa adalah buruh tani, pengelola memberi ketentuan, bahwa tagihan dari listrik tersebut pun bisa dibayar secara bulanan ataupun tahunan.
"Dan cara pembayarannya pun tidak hanya menggunakan uang saja, melainkan bisa ditukar oleh hasil bumi atau ternak," kata Rasyid.
Dia menuturkan, kehadiran listrik melalui PLTMH sangat berdampak terhadap perekonomian warga Desa Andung Biru.
Dari yang dulunya hanya bertani, kini beberapa warga sudah ada yang mulai buka usaha seperti mebel, dan yang paling utama, pengairan sawah jadi semakin teratur.
"PLN Peduli melalu binaan PT PJB UP Paiton mengerti apa yang dibutuhkan warga terutama yg ada dipelosok. Hanya dengan memanfaatkan air yang mengalir di sungai ini saja sudah bisa menerangi dan menghidupi Desa Andung Biru ini," kata dia..
Selain untuk menyalakan lampu, listrik di desa Andung Biru juga sudah digunakan untuk mengoperasikan alat pengolahan kopi dan juga mebel.
Unit pengolahan kopi di desa tersebut bernama Unit Pengolahan Kopi Tirta Pijar.
Kebun kopi di sini adalah kebun kopi organik, dimana komposnya berasal dari kotoran hewan (kambing dan sapi).
Tanpa menggunakan bahan kimia, dan bebas pestisida. Soal rasa juga pasti beda Kopi organik memiliki cita rasa yang lebih murni, sedap, dan alami.
Kopi yang telah dipanen, dipilah dulu hal ini tentunya agar kuliatas kopi yang akan lanjut produksi merupakan kualitas terbaik.

"Dan pengolahan kopi dengan mesin menggunakan energi baru dari Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro ( PLTMH ). Peran dari program PLN Peduli di sini sangat berasa, yaitu turut menyumbangkan mesin olahan biji kopi dan yang berikutnya adalah memberikan pelatihan kepada warga sekitar untuk bisa mengoperasikan mesin olahan biji kopi, mengemas semenarik mungkin hingga melakukan pemasaran ke seluruh Indonesia," kata dia.
Menariknya berbagai cerita di Desa Andung Biru tersebut, mampu menarik beberapa influencer untuk terjun dan merasakan langsung proses demi prosesnya.
Beragam komentar dan tanggapan positif dari influencer pun turut mencuat di media sosial.
"Hal ini sangat membantu perekonomian masyarakat Desa Andung Biru karena dengan adanya listrik ini, pengelolaan kopi menjadi salah satu komoditas utama Desa ini," tulis seorang influencer, Uki Wardoyo.
"Ternyata @pln_id mampu menjangkau seluruh pelosok negeri, memberikan cahaya bagi setiap desa desa yang sebelumnya tertinggal, sekarang sedikit demi sedikit mampu berkembang," tulis influencer lainnya, Canro Simarmata.