Jumat, 3 Oktober 2025

Situasi Papua Berangsur Kondusif, Komnas HAM Minta Masyarakat Jangan Sebarkan Informasi Negatif

Lebih lanjut Frits menyebut, informasi yang diberikan pengungsi sering dimanfaatkan dan diputarbalikkan kelompok tertentu

HO/Tribunnews.com
Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw, Minggu (6/10/2019). Kondisi Wamena berangsur pulih setelah dua pekan lalu dilanda kerusuhan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala kantor Komnas HAM perwakilan Papua, Frits Ramandey meminta para pengungsi yang masih bertahan di Wamena, Jayawijaya, Jayapura, atau kota-kota lain diminta tidak menyebarkan informasi atau kabar bernada negatif terkait kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9/2019) di Wamena.

Menurutnya, informasi negatif justru semakin memperkeruh keadaan.

Baca: Tanggapi Perppu Penangguhan UU KPK Hasil Revisi, Gerindra: Itu Domainnya Presiden

Padahal, kata Frits, saat ini kondisi di Wamena berangsur kondusif.

“Jikalau ada di antara para pengungsi mengalami insiden langsung saat kejadian, sebaiknya jangan menyebarkan informasi atau kabar yang bernada provokasi lagi, karena itu akan memunculkan sentimen baru dan dampak negatif lainnya,” kata Frits Ramandey kepada wartawan, Senin (7/10/2019).

Lebih lanjut Frits menyebut, informasi yang diberikan pengungsi sering dimanfaatkan dan diputarbalikkan kelompok tertentu.

Ia pun khawatir, berita yang terkesan provokatif sangat berpotensi memicu kekerasan, baik kekerasan fisik, kebencian, dendam, atau sentimen-sentimen baru.

"Oleh karena itu, pemerintah kabupaten dan kota mesti mencegah kelompok-kelompok atau aktor yang berpotensi meresahkan masyarakat. Buka komunikasi dengan baik supaya warga mendapat jaminan bahwa kerusuhan tidak akan terjadi lagi," katanya.

Sejauh ini, pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Dinas Informasi dan Komunikasi Papua sudah memblokir dan membatasi akses internet di Papua paska kerusuhan.

Sementara di sisi lain, perusahaan Facebook Inc, Kamis (3/10/2019), mengumumkan telah menghapus ratusan laman, grup, dan akun Facebook di empat negara, termasuk Indonesia.

Tindakan itu diambil karena pengelola Facebook mengidentifikasi adanya  pelanggaran yang disebut sebagai, 'perilaku tak otentik terkoordinasi.' Diantara yang dihapus termasuk 100 akun terkait Papua.

Terpisah, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany mengatakan, sejak awal kebijakan Kominfo berupaya untuk menghentikan penyebaran hoaks.

"Kita harus mendengar suara Komnas HAM Papua. Tapi ini soal menghentikan arus penyebaran berita yang diplintir. Yang dikhawatirkan berita plintiran ini bisa memicu kerusuhan. Kita butuh suara-suara positif di berbagai media, bukan suara negatif yang justru memicu amarah,” katanya.

Selain itu, Tsamara menilai jaminan keamanan dengan tetap menyiagakan aparat gabungan TNI dan Polri di sejumlah titik akan membantu warga kembali menjalani hidup normal karena situasi semakin aman.

Saat kerusuhan pecah, tidak hanya warga Wamena yang mengungsi.

Baca: Kapolda Papua : Wamena Semuanya Dalam Kondisi Sudah Baik

Masyarakat dari beberapa kabupaten sekitar, seperti Lanny Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Yalimo dan lainnya juga ikut mengungsi.

“Karena banyak yang terkena dampak, maka saatnya kita tumbuhkan sikap solidaritas. Baik saling memberi bantuan atau dukungan kepada pengungsi, ataupun saling menjaga dan mengingatkan agar tidak mudah percaya setiap ada berita-berita negatif yang mengarah kepada perpecahan Papua. Setiap warga negara harus bisa merasa aman, di mana pun itu,” jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved