Sabtu, 4 Oktober 2025

Rusuh di Papua

UPDATE Kasus Asrama Papua Surabaya: 5 Prajurit TNI Diskors Termasuk Komandan Koramil

Salah satu anggota TNI yang turut diskors itu adalah Komandan Koramil 0831/02 Tambaksari, Mayor Inf N H Irianto.

KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN
Asrama Papua Surabaya di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Lima oknum anggota Koramil 0831/02 Tambaksari yang diduga terlibat dalam insiden persekusi di Asrama Mahasiswa asal Papua di Surabaya pekan lalu telah dijathui skorsing oleh Kodam V/Brawijaya.

Tidak hanya itu, lima oknum prajurit TNI itu juga dibawa ke Polisi Militer Kodam V/Brawijaya (Pomdam V/Brawijaya).

Salah satu anggota TNI yang turut diskors itu adalah Komandan Koramil 0831/02 Tambaksari, Mayor Inf N H Irianto.

 

Menurut Kapendam V/Brawijaya, Letkol Imam Haryadi, kelima anggota koramil itu dibebastugaskan sementara selama proses penyelidikan atas dugaan ujaran rasis itu rampung.

Baca: 2 Mayat dalam Mobil yang Terbakar di Sukabumi Diduga Korban Pembunuhan

Baca: Pengakuan Pria yang Bopong Jenazah Keponakan Setelah Ditolak Gunakan Ambulans Puskesmas

Baca: Baru Beberapa Menit Menikah, Sepasang Pengantin Baru Ini Tewas

Baca: Peringatan Dini BMKG Hari Ini, Senin 26 Agustus: Waspada Hujan Petir-Angin Kencang di Wilayah Ini

"Dalam rangka mempermudah penyidikan beberapa orang tersebut kami skorsing," katanya saat dihubungi, Minggu (25/8/2019).

Imam mengungkapkan, mereka dibebastugaskan, sejak 20 Agustus 2019 atau empat hari setelah terjadi insiden di Asrama Mahasiswa Papua yang belakangan memicu konflik lebih besar di Papua

"4 hari penyelidikan fix, kemudian kami skorsing untuk penyelidikan,"

Imam mengatakan, upaya skorisng itu dimaksudkan agar proses pengusutan dan pengungkapan kasus dugaan ujaran rasial berjalan efektif.

 

Baca: Pertama Kali Vonis Kebiri di Mojokerto: Tunggu Arahan Kejagung Hingga IDI Menolak Jadi Eksekutor

Baca: Diisukan Ribut karena Rebutan Warisan, 2 Adik Julia Perez Beri Sinyal Damai

Baca: Klasemen Liga Inggris 2019 Pekan ke-3, Liverpool di Puncak, Chelsea di Papan Tengah

"Dan itu dalam rangka untuk mempermudah pendidikan artinya agar konsentrasi pendidikannya agar lebih optimal," katanya.

Ditanya perihal waktu yang dibutuhkan oleh penyidik Pomdam Kodam V/Brawijaya melengkapi berkas hasil lidik hingga siap dibawa ke meja pengadilan militer, Imam menegaskan bahwa pihaknya memasrahkan hal itu sepenuhnya pada pihak penyidik Pomdam Kodam V/Brawijaya maupun pihak pengadilan militer.

"Nanti kami akan koordinasi pada pihak penyidik. Melengkapi berkas sidang itu perlu waktu lama juga. Nanti begitu sudah cukup maka kami limpahkan ke persidangan," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul BREAKING NEWS - 5 Anggota Koramil Terlibat Insiden di Asrama Mahasiswa Papua Diskors

Sementara itu, Kodam V/Brawijaya mengusut dugaan tindakan rasial yang dilakukan anggotanya kepada penghuni Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya pekan lalu. 

Menurut Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya, Letkol Imam Haryadi, ada empat hal penting yang patut dipahami semua pihak terkait adanya kasus ini.

Baca: Suhendra Yakin Papua Tetap dalam Bingkai NKRI

Baca: Oknum Polwan Beri Miras Mahasiswa Papua di Bandung Ternyata Kapolsek Sukajadi, Terkuak Alasannya

Pertama, tidaklah mudah membuat kesimpulan hanya berdasarkan video singkat. Karena itu, Imam berharap, selama poses hukum berjalan, semua pihak tidak membuat kesimpulan yang terlalu dini hanya berdasarkan rekaman video berdurasi singkat itu.

"Itu tidak fair, satu sisi juga tidak objektif," katanya, Minggu (25/8/2019).

Ia berharap semua pihak untuk senantiasa objektif dalam memandang realitas.

Pasalnya, lanjut Imam, masyarakat cenderung mempercayai framing pesan yang dibuat-buat oleh para pengunggahnya.

"Tidak mungkin kejadian seperti waktu itu berlangsung begitu saja," lanjutnya.

Kedua, dia juga meminta publik tidak semudah itu menuduh prajurit TNI sebagai biang kasus rasial seperti yang banyak terjadi di media sosial. 

Katanya, Polda Jatim juga sedang mengusut kasus tersebut.

Baca: Kronologi Lengkap Oknum Polwan Beri Miras ke Mahasiswa Papua di Bandung, Dinonaktifkan dari Jabatan

Baca: Gubernur Lukas Enembe Usul Libatkan Internasional Selesaikan Konflik Papua, PKS: Tidak Perlu

"Saya pikir itu sekali lagi tidak usah terburu-buru, mari kita tunggu penyelidikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian," katanya.

Lagipula, ungkap Imam, melihat secara jeli penggalan rekaman video berdurasi pendek itu, umpatan bernada rasial itu tampak melecut dari arah yang tak dapat pastikan secara objektif.

"Pada saat ada bunyi suara tersebut atau ada yang menyampaikan hal tersebut. Itu arah suara itu juga tidak tahu dari mana asalnya," ujarnya.

Ketiga, dia meminta publik agar memahami situasi dan kondisi di asrama saat insiden meletus. 

Menurut Imam, semua pihak harus memahami konteks situasi yang terjadi saat itu.

Bahwa bentrokan antar kedua kubu massa ormas dan masa para penghuni asrama mahasiswa papua, sedang pecah.

"Pahamilah kalau situasi saat itu adalah situasi insiden yang dua belah pihak itu memang saling melontarkan bisa jadi intrik yang bisa memancing orang lain untuk marah," ujarnya.

Keempat, dia berharap agar penyidikan berlangsung dengan baik dan semua pihak diminta untuk menahan diri dan tidak reaksioner. 

Baca: Irjen Pol Paulus Waterpauw: Papua dan Papua Barat Kondusif

Baca: Terjadi Penjarahan di Malam Hari Sebelum Kantor DPRD Papua Barat Dibakar

Baca: Imbas Insiden di Asrama Papua Surabaya, 5 Prajurit TNI Diskors dan Dibawa ke Pomdam V/Brawijaya

Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. bersama Menkopolhukam RI Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Kapolri Jenderal Pol HM. Tito Karnavian, P.hD., Pangkostrad Letjen TNI Besar Harto Karyawan, Kabaintelkam Komjen Pol Agung Budi Maryoto, Kabaharkam Komjen Pol Condro Kirono, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ganip Warsito, Aslog Panglima TNI Marsda TNI Kukuh Sudibyanto, Kabais TNI Marsda TNI Kisenda Wiranata Kusuma, Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Surawahadi, serta Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa melaksanakan kunjungan kerja ke Manokwari, Papua Barat, Kamis (22/8/2019). Dalam kunjungannya Panglima TNI beserta rombongan meninjau kondisi pasca kerusuhan di Kota Manokwari beberapa waktu lalu. (Puspen TNI)
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. bersama Menkopolhukam RI Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Kapolri Jenderal Pol HM. Tito Karnavian, P.hD., Pangkostrad Letjen TNI Besar Harto Karyawan, Kabaintelkam Komjen Pol Agung Budi Maryoto, Kabaharkam Komjen Pol Condro Kirono, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ganip Warsito, Aslog Panglima TNI Marsda TNI Kukuh Sudibyanto, Kabais TNI Marsda TNI Kisenda Wiranata Kusuma, Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Surawahadi, serta Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa melaksanakan kunjungan kerja ke Manokwari, Papua Barat, Kamis (22/8/2019). Dalam kunjungannya Panglima TNI beserta rombongan meninjau kondisi pasca kerusuhan di Kota Manokwari beberapa waktu lalu. (Puspen TNI) (Puspen TNI/Puspen TNI)

"Semua ini bersaudara dan saya pikir bagaimana nanti permasalahan ini bisa selesai sesuai dengan yang kami sama-sama harapkan, win-win solution," jelasnya.

Kendati demikian, bilamana hasil penyelidikan dan persidangan menyatakan personelnya melakukan kelalaian hingga menimbulkan kesalahan itu, sebagai prajurit,  personelnya siap menerima konsekuensinya.

"Bagi setiap Insan prajurit itu kalau ada kesalahan kalau ada reward and punishment itu wajar dan tidak perlu dipertanyakan lagi saya pikir itu saja," pungkasnya

(Surya.co.id/Luhur Pambudi)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul: Soal Rasisme di Asrama Papua, Kodam V/Brawijaya Minta Publik Tak Buru-buru Menyimpulkan

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved