Dua WNA yang Lecehkan Petirtaan Suci di Monkey Forest Belum Boleh Pulang ke Negaranya, Ini Alasannya
Kedua WNA tersebut mengaku tidak tahu perbuatannya dilarang secara agama Hindu karena pada pelinggih tersebut terdapat tulisan ‘Dilarang Mencuci Kaki'
Dalam hal ini, pihaknya akan menanggung sendiri biaya, tanpa sepeserpun meminta sumbangan pada kedua WNA ini.
“Kami tidak mau dikatakan, karena sudah dikasi uang untuk mecaru, sehingga mau berdamai. Kami tidak ingin dicap seperti itu makanya semua keperluan untuk upacara ini, kami yang urus,” ujarnya.
Pantauan Tribun Bali, jalan masuk ke petirtan Pura Beji tersebut tertutup sejak Senin (12/8/2019) pukul 10.00 Wita.
Padahal sebelumnya, kawasan ini terbuka untuk turis.
Gandra menegaskan, penutupan itu dilakukan tidak terkait permasalahan ini.
“Tidak ada kaitannya dengan ini. Itu ditutup karena kami akan melakukan perbaikan jalan di sana,” tandasnya.
Kapolsek Ubud Kompol Nyoman Nuryana menghormati keputusan pihak desa adat.
Karena itu, pihaknya tidak melanjutkan permasalahan ini ke ranah penyelidikan.
“Intinya dari kami, kalau kondisi sudah kondusif, lancar dan nyaman, itu harapan kami. Kedua belah pihak telah menyepakati permasalahan ini secara damai, kami sangat mendukung,” ujarnya.
Hal serupa juga dikatakan Kepala Kantor Migrasi Kelas I TP Denpasar, Wisnu Widayat.
Pihaknya tidak melakukan penjegalan atau pengusiran kedua WNA ini dari Indonesia.
Baca: Bea Cukai Bandar Lampung Bantu Pengguna Jasa Lebih Paham Aturan Kepabeanan
Hal tersebut lantaran kasus ini tidak dilanjutkan ke ranah hukum.
“Dari segi keimigrasian, dalam UU Pasal 75 dinyatakan bahwa ini masuk tindak pidana umum, jadi imigrasi bisa bertindak. Namun karena sudah ada kesepakatan damai, kita dukung. Kalaupun nanti dilanjutkan (ke ranah hukum) kami siap untuk menindak,” ujarnya.
Anggota DPD RI, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna mengatakan, sebelum tanggal 15 Agustus, kedua WNA ini belum boleh pulang ke negaranya, lantaran harus hadir dalam upacara pecaruan untuk penyucian Pura Beji.
Terkait ketakutannya terhadap ancaman pembunuhan, Wedakarna meminta mereka supaya tidak menyikapinya secara serius.