Minggu, 5 Oktober 2025

Saat Praja IPDN Disambut Haru Keluarga,Praja Asal Timur Indonesia Ini Malah Disambut Calon Mertua

Masa pendidikannya selama empat tahun sejak 2015 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) berakhir tahun ini.

Editor: Hendra Gunawan
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Pamong Praja Muda asal Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Eusebius Lolonlun‎ (21) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG-Pamong Praja Muda asal Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Eusebius Lolonlun‎ (21) wajar berbangga hati.

Masa pendidikannya selama empat tahun sejak 2015 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) berakhir tahun ini.

Ebi panggilan akrabnya, satu dari 744 praja IPDN yang dilantik untuk jadi pamong praja muda oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Selasa (6/8).

Saat praja lain dijemput oleh bapak dan ibunya disertai pelukan hangat orangtua, Ebi malah dijenguk oleh calon mertuanya, ‎Peter Kutmas dan calon istrinya, Agatha.

"Orangtua saya sudah tidak ada sejak usia saya tiga tahun. Selama ini saya dirawat Oma (nenek) saya. Saya dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku," ujar Ebi saat berbincang dengan Tribun di Kampus IPDN Jatinangor.

Baca: Jumharyono Bunuh Istri dan Anaknya Karena Kecewa Ditolak Berhubungan Badan

Baca: Konser Westlife dan Nostalgia Jakarta, Penonton Pun Enggan Berpisah

Baca: 7 Orang Paling Kuat dan Berpengaruh di Lingkaran Jokowi, Berikut Profil Mereka

Baca: Peringatan Dini BMKG Gelombang Tinggi Capai 4 Meter di Selat Sunda Bagian Selatan hari Ini

Di hari bahagia mengakhiri pendidikan, di saat para praja berpeluk hari dengan orang tuanya, Ebi merindukan neneknya yang tidak datang. Usia neneknya 70 tahun.

"Oma sudah tidak bisa bepergian jauh. Saya rindu sama dia. Dia yang membesarkan saya, membiayai sekolah saya dari SD hingga SMA d‎an membiayai kepergian saya ke IPDN pada 2015," ujarnya.

Ia mendaftar ke IPDN lewat online. Tes dia jalani di kampung halamannya. Hingga akhirnya, dia dinyatakan lolos.

Kakeknya, pensiunan guru, sudah meninggal. Keseharian bersama neneknya ia lalui selama usianya dan berpisah pada 2015.

"Saya bersyukur Oma masih ada saat saya lulus IPDN. Cuma sayangnya dia tidak bisa hadir. Yang hadir ini calon mertua saya," kata Ebi.

Setelah lulus SMA, ia sempat berniat kuliah di Ambon atau Makassar. Namun, ekonomi yang terbatas mengurungkan niatnya untuk kuliah.

Hingga akhirnya ia bekerja di sebuah pusat perbelanjaan selama dua bulan. Selama dua bulan itu, ia mendaftar ke IPDN.

"Setelah dua bulan itu, saya terima gaji. Dan ternyata saya dinyatakan lolos dan harus ke Bandung untuk penentuan akhir (pantukhir).

Uang gaji saya itu saya pakai untuk berangkat ke Jawa, tapi kurang. Akhirnya Oma membantu dan dibantu juga sama teman-teman gereja," kata Ebi.

Ia mengetahui IPDN dari tetangganya yang juga lulusan IPDN. Tetangganya itu meminta Ebi untuk mencoba-coba tes masuk IPDN.

"Saya lihat dia kuliah di IPDN, seragam gratis, diberi uang saku. Dari situ saya termotivasi," ujar anak pertama dari tiga bersaudara itu.

Ebi tidak menjelaskan keberadaan orang tuanya. Hanya saja, ia hanya tahu orangtuanya pergi di usia dia tiga tahun.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam sambutannya berpesan agar para praja, calon pemimpin, bisa bekerja dengan baik dan tidak lambat. Bagi Ebi, empat tahun menjalani pendidikan jadi bekal untuk mengabdi.

"Bagi saya, dimanapun nanti saya dipekerjakan, saya akan melakukan hal terbaik," kata dia. (men)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved