Sabtu, 4 Oktober 2025

Dua Kali Gagal Bunuh Diri, Sartono Temukan Tubuh Istrinya Tergantung Tak Bernyawa di Dalam Rumah

Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Pringsewu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Lampung/Syamsir Alam
Ilustrasi: warga Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu ditemukan tergantung di pintu kamar rumahnya. 

TRIBUNNEWS.COM, PRINGSEWU - Seorang ibu rumah tangga di Pringsewu sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri, namun berhasil dicegah suaminya.

Namun untuk ketiga kali, sang suami tidak berdaya lagi setelah melihat tubuh istrinya sudah tergantung di dalam rumah.

Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Pringsewu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.

Suparmi (52) warga RT 01/RW 02 Pekon Rejosari, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu ditemukan tergantung di pintu kamar rumahnya.

Kepala Pekon Rejosari Mispan membenarkan perihal tersebut.

Menurut dia, tubuh Parmi ditemukan sudah dalam posisi tergantung, Kamis (4/4/2019) pukul 11.00 WIB.

"Ditemukan sudah meninggal, tegantung dengan kain," ungkap Mispan, Kamis.

Menurut dia, petugas Polsek Pringsewu Kota juga sudah di tempat kejadian perkara (TKP) melakukan identifikasi.

Kepala Polsek Pringsewu Kota Kompol Eko Nugroho melalui Humas Polres Tanggamus mengatakan, jasad Suparmi pertama kali ditemukan oleh suaminya, F Sartono.

"Pulang dari sawah mengetahui bahwa korban telah tergantung dengan menggunakan seutas tali, yang terbuat dari kain warna hijau yang diikatkan pada kayu kusen pintu kamar korban," kata Eko mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Hesmu Baroto.

Lantas, Sartono meminta pertolongan yang kemudian datang putranya membantu menurunkan dan memotong tali jeratan di leher korban.

Baca: Korban Dukun Cabul di Jember Bertambah Jadi 4 Orang, Salah Satunya Sampai Hamil

Menurut Sartono, keadaan istrinya saat itu sudah lemas dan kondisi tubuhnya sudah dingin.

"Mengetahui informasi tersebut Piket Polsek Pringsewu Kota bersama Tim Medis dari UPT Puskesmas Rejosari memeriksa keadaan jenazah korban," tambah Kapolsek.

Kapolsek mengungkapkan, hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut tidak ditemukan luka-luka pada tubuh korban.

Kapolsek Kompol Eko Nugroho mengatakan, berdasar keterangan suami dan putranya, pada bulan April 2019, korban sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri.

Yakni dengan mencoba minum racun hama namun berhasil dicegah oleh suaminya.

Selain itu, korban juga pernah berupaya bunuh diri dengan menggunakan aliran listrik yang di tempelkan di lengan tangan sebelah kiri, namun diketahui oleh suaminya sehingga berhasil dicegah.

Catatan polisi, korban mengalami sakit diabetes sejak 10 tahun silam dan korban sering mengeluh akan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.

Ilustrasi: warga Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu ditemukan tergantung di pintu kamar rumahnya.
Ilustrasi: warga Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu ditemukan tergantung di pintu kamar rumahnya. (Tribun Lampung/Syamsir Alam)

Peristiwa Ketiga Kali
Diketahui, peristiwa kematian dengan cara bunuh diri sudah yang ketiga kalinya di Kabupaten Pringsewu selama kurun 2019 ini.

Pertama kali, bunuh diri dilakukan oleh Jaka Ardiansyah (25) warga Rt/Rw 002/006 Pekon Sukoharjo 3 Barat Kecamatan Sukoharjo, Rabu (13/3/2019) pukul 11.00 WIB.

Keterangan polisi, Jaka nekat bunuh diri karena sakit yang tidak kunjung sembuh.

Bunuh diri yang paling ekstrim dilakukan oleh Suherni (45) warga Dusun II Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu selang satu hari kemudian, Kamis (14/3/2019).

Suherni nekat membakar dirinya karena diduga sudah putus asa dengan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.

Psikolog Unila Diah Utaminingsih memgatakan bahwa yang perlu diketahui bahwa setiap orang mempunyai kerentanan yang berbeda-beda.

Kerentanan dimaksud dalam menghadapi masalah, dan dalam menghadapi presure atau tekanan kehidupan.

Seseorang yang mampu menghadapi masalahnya itu, kata dia, adalah seseorang yang memiliki endurance atau daya tahan yang bagus.

Kemudian kemampuan untuk meregulasi diri yang bagus. Selain itu, yang tidak kalah penting memiliki suport, atau emosional suport dari sekelilingnya.

"Emosional suport memiliki peranan penting dimana ketika seseorang merasa sendiri atau tidak mampu menyelesaikan masalahnya," ungkap Diah.

Seseorang yang sendiri, lanjut dia, ketika mendapatkan dukungan akan merasa bisa optimis kembali untuk menyelesaikan masalahnya.

Terkadang orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah itu menganggap bahwa persoalan tersebut adalah akhir dari segalanya.

Dan merasa masalahnya sangat berat sekali sampai tidak mampu menanggungnya.

Orang-orang yang mengakhiri hidupnya itu cenderung orang-orang yang tidak bisa berbagi dengan orang lain terkait masalahnya.

Mungkin ditambah orang sekitar yang tidak paham dengan kondisinya. Memang, keterpedulian lingkungan itu jadi salah satu sistim yang sangat penting. (Tribunlampung.co.id/R Didik Budiawan)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul 2 Kali Gagal Bunuh Diri Dicegah Suami, Kini Sang Suami Kaget Lihat Tubuh Istrinya Tergantung

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved