Kamis, 2 Oktober 2025

Edukasi Pangan Sehat dan Gizi Seimbang untuk Membangun Generasi Emas 2045

Salah satu kendala dalam menciptakan generasi berkualitas adalah edukasi masyarakat khususnya ibu tentang gizi

Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
Tim NU Peduli kemanusiaan bersama korban gizi buruk suku Asmat 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI),  Arif Hidayat mengatakan pemenuhan hak tumbuh, kembang, kesehatan, dan pendidikan anak pada masa sekarang menjadi faktor penting agar dapat memikul tanggung jawab sebagai pemimpin Indonesia pada masa depan.

Saat ini Indonesia sedang menghadapi bonus demografi juga dihadapkan pada masalah gizi yang buruk yakni ada yang obesitas naumun ada yang mengalami hambatan pertumbuhan dan kekurangan berat badan.

"Jika hal ini tidak segera dihadapi, maka bonus demografi hanya akan menjadi beban bagi negara,” kata Arif Hidayat di sela-sela talkshow edukasi yang dihadiri sekitar 200 kader PP Aisyiyah dari 27 wilayah di Jawa Barat, Kamis (28/3/2019).

Hadir sebagai narasumber Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Dra. Chairunnisa.M.Kes, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat SE.MM, Perwakilan IDAI dr. Dadi ,Sp.A dan Kepala Bidang Informasi Komunikasi BPOM Jawa Barat Rusiana MSc.

Arif Hidayat kembali mengingatkan salah satu kendala dalam menciptakan generasi berkualitas adalah edukasi masyarakat khususnya ibu tentang gizi.

Baca: Kenapa Sarapan Penting untuk Mendukung Aktivitas Anda? Ini Kata Ahli Gizi

“Masih banyak masyarakat dan ibu yang belum teredukasi tentang asupan gula garam dan lemak. Hal itu terlihat dari temuan-temuan kami di lapangan dimana masih ada ibu-ibu yang memberi susu kental manis untuk asupan gizi anak. Padahal BPOM telah mengeluarkan aturan tentang penggunaan susu kental manis,” jelas Arif.

Ditambahkan Arif, persepsi masyarakat yang salah tetang SKM yg sdh dibangun hampir 100 tahun oleh produsen sangat sulit untuk berubah sehingga perlu usaha semua pihak utk terus mengedukasi publik dan penegakan aturan.

"Bahkan setelah perka BPOM keluar, produsen tetap berusaha menjaga persepsi yang salah tersebut melalui iklan dan strategi marketing yang inovatif,” kata Arif.

Arif Hidayat mencontoh narasi iklan yang mengatakan SKM mengandung susu segar di setiap tetesnya. Dalam label masih ada visual keluarga meminum susu.

Media iklan yang digunakan juga makin beragam dan langsung menyentuh konsumen seperti penggunaan videotron di mall, apartment dan lain-lain.

Kepala Bidang Informasi Komunikasi BPOM Jawa Barat Rusiana MSc yang hadir sebagai narasumber juga menegaskan agar ibu selalu melakukan Cek KLIK saat membeli produk, yaitu cek kemasan, label, izin edar dan kadaluwarsanya.

“Cek label susu kental manis saat membeli, apakah ada peringatannya? Peringatan ditulis dengan tinta merah, jangan berikan susu kental manis untuk bayi. Susu kental manis itu aman, tapi kita juga harus memperhatikan kandungan gizinya,” jelas Rusiana.

Lebih lanjut Rusiana mengatakan yang menyesatkan adalah iklan susu kental manis yang menyebutkan susu kental manis masih sebagai pengganti ASI, padahal sejatinya SKM adalah penambah rasa.

“Sejak zaman kolonial hingga milenial susu kental manis diiklankan sebagai susu pertumbuhan anak sehingga membentuk persepsi yang salah hingga sekian lama. Padahal, SKM sendiri kandungan gulanya sangat tinggi hingga 20 gram per sekali saji,” ujar Rusiana.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Dra. Chairunnisa.M.Kes mengatakan Aisyiyah sebagai organisasi perempuan di Indonesia turut berperan mengawal generasi emas 2045.

“Saat Indonesia berusia 100 tahun, maka 70% dari jumlah penduduknya adalah angkatan kerja atau usia produktif sehingga saat ini harus bisa memastikan kesehatan terutama gizi agar menghasilkan angkatan kerja yang berkualitas dan menjadi generasi yang kreatif, inovatif, produktif dan berkarakter dan tidak menjadi beban bagi Negara,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved