Jumat, 3 Oktober 2025

Masa Tanggap Darurat Pascabencana Sulsel, BNPB: Proses SAR Masih Dilakukan

"Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban, penanganan pengungsi, perbaikan sarana dan prasarana dilakukan," kata Sutopo Purwo Nugroho

TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Kondisi Kelurahan Tamanggapa yang terkena banjir terekam dari atas menggunakan kamera Drone, Makassar, Rabu (23/1/19). Ratusan warga terdampak banjir mengungsi ketempat yang aman, karena rumah mereka kembali terendam banjir dengan ketinggian satu hingga dua meter, akibat meluapnya Sungai Tello. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan penanganan darurat paska banjir, longsor dan puting beliung di Provinsi Sulawesi Selatan masih terus dilakukan.

"Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban, penanganan pengungsi, perbaikan sarana dan prasarana dilakukan," kata Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Senin (28/1/2019).

Baca: Sutopo Humas BNPB Bagikan Video Terbaru Banjir dan Longsor di Sulsel: Perlu Ditata Ulang

Untuk mempermudah dan mempercepat penanganan bencana banjir, longsor, puting beliung, dan abrasi di wilayah Sulawesi Selatan, maka Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari yaitu mulai dari tanggal (23/1/2019) hingga (6/2/2019).

Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, status tanggap darurat dapat diperperpanjang sesuai kondisi di lapangan.

Dengan penetapan status darurat oleh gubernur, kata Sutopo Purwo Nugroho, ada kemudahan akses, baik penggunaan anggaran dari alokasi belanja tak terduga di APBD dan penggunaan dana siap pakai di BNPB.

"Selain itu juga kemudahan akses pengerahan personil, logistik, peralatan, pengadaan barang dan jasa, dan adminsitrasi. Intinya adalah agar penanganan dampak bencana dapat dilakukan cepat, tepat dan akurat," kata Sutopo Purwo Nugroho. 

Sampai Senin (28/1/2019) ini, tercatat 69 orang meninggal, tujuh orang hilang, 48 orang luka-luka, 9.429 orang mengungsi. Selain mengakibatkan korban jiwa, bencana alam itu menimbulkan kerusakan fisik.

Kerusakan fisik meliputi 559 unit rumah rusak (33 unit hanyut, 459 rusak berat, 37 rusak sedang, 25 rusak ringan, lima tertimbun), 22.156 unit rumah terendam, 15,8 km jalan terdampak, 13.808 Ha sawah terdampak, 34 jembatan, dua pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, delapan Fasilitas Pemerintah, dan 65 unit sekolah.

"Bencana banjir, longsor dan putting beliung terjadi di 201 desa di 78 kecamatan tersebar di 13 kabupaten/kota yaitu di Kabupaten Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap , Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai," ungkap Sutopo Purwo Nugroho.

Pada saat ini, kata Sutopo Purwo Nugroho, sebagian besar banjir sudah surut di daerah. Sedangkan, sebagian pengungsi sudah pulang ke rumahnya, namun sebagian masih tinggal di pengungsian.

Baca: BNPB: 6.757 orang Masih Mengungsi Akibat Bencana Banjir di Sulawesi Selatan

Selain itu, menurut Sutopo Purwo Nugroho, sebagian masyarakat masih berada di pengungsian. Dia menjelaskan, masyarakat merasa lebih nyaman di pengungsian karena takut adanya banjir dan longsor susulan.

"Masyarakat memerlukan bantuan untuk membersihkan lumpur dan material dari banjir dari rumahnya. Selain tenaga relawan dan aparat untuk memebersihkan lumpur, juga memerlukan peralatan rumah tangga dan peralatan untuk membersihkan lumpur," tambahnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved