Ketut Waridana Dibekap Perampok, Mobil Fortuner Milik Bosnya Dibawa Kabur
Saat dibekap dengan keras di lehernya, Waridana memohon agar tetap hidup dan mempersilakan perampok tersebut beraksi.
Mengaku Polisi
Sembari mengancam Waridana, dua tamu tak diundang itu kemudian mengaku sebagai polisi yang ingin memeriksa rumah itu dengan alasan narkoba.
"Diam, saya dari polisi, saya geledah narkoba. Kata mereka. Saya diam, lalu bilang, iya pak, terserah bapak kalau mau ambil apa saja. Silakan pak, saya tahu bapak polisi," tutur Warinada.
Tanpa basa-basi, para perampok menyuruh Warinada tengkurap. Punggungnya diinjak, tangan dan kaki diikat.
"Setelah itu dia bilang mangap dan diikat mulut saya. Lalu ditutup muka saya pakai baju, dan gak sempat lihat aksinya dia," lanjutnya.
Lelaki yang pernah bekerja sebagai kameraman di sebuah stasiun televisi nasional itu, secara sepintas mengaku melihat pelaku menggunakan pakaian rapi berwarna biru.
Baca: Sarkawi Beserta Istri dan 5 Cucunya Bertahan Hidup di Bukit Meski Tak Ada Bantuan Diterima
"Pakaian rapi, tidak ada penutup muka. Gak bisa lihat karena ada cahaya dekat yang masuk tadi. Pakaiannya seperti teknisi gitu, di atas biru lengan pendek. Kejadian pembekapaan itu sekitar 25 menit. Saat dia ikat tangan, dia gak bisa ikat kencang karena ibu jari saya kasih ke dalam," akuinya.
Waridana yang sudah dua tahun bekerja sebagai sopir bosnya itu juga mengaku ada empat pertanyaan yang dilontarkan perampok saat dirinya dibekap.
"Dia tanya siapa kamu? Saya bilang hanya pembantu dan jaga rumah di sini. Mana bos kamu? Saya bilang di luar negeri, Timor Leste. Dia tanya siapa lagi di sini? Saya bilang sendiri saja saya jaga. Kapan bosmu ke sini? Sebulan sekali saya jawab sambil tengkurap dan diikat," kata dia.
"Terus dia juga tanya ada CCTV gak di sini sama di mana kamar bos kamu? Saya bilang gak ada. Kamarnya di sini sama di atas," imbuhnya sembari mengatakan dirinya tidak menduga adanya pencurian.
Dengan nada yang menyesal dia kembali menceritakan detik-detik kejadian tersebut.
Saat dibekap dengan keras di lehernya, dia memohon agar tetap hidup dan mempersilakan perampok tersebut beraksi.
"Saya mohon tetap hidup, silakan kalau bapak mau ambil apa saja. Dia bilang jangan, diam saja kamu di sini, aman kamu, selamat kamu," kata Waridana sambil memegang lehernya yang masih terasa sakit.
Ada empat kamar yang diobrak-abrik yakni lantai satu ada dua kamar dan lantai dua ada dua kamar.
Juga sebuah brangkas yang dibongkar berisi surat-surat.
Waridana juga mendengar dua perampok itu berkata akan menghidupkan AC. Katanya supaya saya tidak kepanasan.
