Harmoni Kebangsaan Harus Dijaga, Dirawat dan Diperkuat
Harmoni berarti keserasian hubungan timbal balik antar manusia atau kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman sosial budaya
TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial RI Agus Gumiwang Kartasasmita menggelorakan semangat kebangsaan ditengah keberagaman sosial budaya.
Ini disampaikan saat acara Harmoni Kebangsaan bertema "Harmoni Indonesia Gelorakan Semangat Kebangsaan" yang digelar di lapangan Desa Baloli Kamiri, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (30/10/2018).
Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, harmoni berarti keserasian hubungan timbal balik antar manusia atau kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman sosial budaya.
Sedangkan Kebangsaan berarti perlindungan negara kepada seluruh warganegara sebagai satu kesatuan luhur bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
"Harmoni Kebangsaan memiliki makna keserasian hubungan timbal balik antar manusia atau kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman sosial budaya yang dilindungi negara," kata Agus Gimawang Kartasasmita.
Ini dilakukan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
"Harmoni kebangsaan, harus dijaga, dirawat, dan terus diperkuat," katanya.
Baca: Kementerian Sosial Turunkan 30 Relawan Tagana Bantu Pencarian Bangkai Lion Air JT 610
Salah satu instrumen penting dalam membangun harmoni kebangsaan yaitu melalui aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal yang masih terpelihara pada masyarakat.
Ia mengatakan ditetapkannya Kabupaten Luwu Utara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan Harmoni Kebangsaan, tidak lepas dari sejarah Tanah Luwu yang merupakan kerajaan Bugis tertua.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat menjelaskan Harmoni Kebangsaan merupakan kegiatan pertama kali yang diselenggarakan dengan mengemas empat kegiatan utama yaitu: Penguatan Kearifan Lokal, Jembatan Persahabatan, Harmoni Muda – Mudi dan Kemah Perdamaian.
Dirjen menjelaskan keempat program ini diikuti 826 peserta. Terdiri dari unsur tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pelajar, berbagai unsur masyarakat di Kecamatan Masamba, Bone Bone, Tana Lili, Tenaga Pelopor Perdamaian, mahasiswa, akademisi, tim Layanan Dukungan Psikososial, dan lainnya.
Seluruh peserta mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Barisan peserta di lapangan desa itu tampak penuh warna. Ada yang berkain songket, berkebaya batik, ada juga yang mengenakan beraneka ragam hiasan kepala dan asesoris khas daerah Jawa, Sunda, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya.