Erupsi Gunung Agung
Pelaku Pariwisata Tak akan Panik Lagi Jika Gunung Agung Kembali Erupsi
Aktivitas vulkanik Gunung Agung yang belum stabil sering dikait-kaitkan akan menjadi momok bagi pariwisata Bali.
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Aktivitas vulkanik Gunung Agung yang belum stabil sering dikait-kaitkan akan menjadi momok bagi pariwisata Bali.
Namun sejumlah pelaku pariwisata di Bali tak merasa khawatir bila Gunung Agung kembali erupsi.
Mereka pun tak akan panik lagi seperti saat erupsi pertama pada November 2017.
Pelaku pariwisata sekaligus penasihat Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB), Panudiana Kuhn, mengatakan saat ini semua antisipasi sudah dilakukan dengan baik.
"Sekarang pengelolaannya mulai profesional. Dulu tidak profesional karena status Awas dikira untuk seluruh Bali, padahal radius yang berbahaya hanya di sekitar Gunung Agung saja," kata Khun kepada Tribun Bali, Sabtu (30/6/2018).
Erupsi pada November 2017 silam menyebabkan Bandara I Gusti Ngurah Rai ditutup selama hampir tiga hari.
Pelayanan terhadap wisatawan yang terkena dampak penutupan bandara tak mendapat pelayanan baik.
Kemudian banyak hotel dengan tingkat okupansi yang turun drastis hingga tersisa 11 persen.
Objek-objek wisata sepi wisatawan, khususnya mancanegara.
Baca: Robot ROV Pemantau Bangkai Kapal dan Korban Tenggelam Terlilit Tali Kapal di Dasar Danau Toba
Sementara pada erupsi yang terjadi Jumat (29/6/2018) lalu, bandara sempat ditutup selama 11,5 jam.
Angkasa Pura I mencatat sebanyak 318 penerbangan harus dibatalkan.
Adapun sejumlah 26.862 penumpang tidak bisa melakukan penerbangan akibat penutupan bandara tersebut.
"Airport kan setiap waktu dilakukan evaluasi. Kalau tidak bisa terbang dan membahayakan pesawat, akan diumumkan lagi. Sekarang sudah tidak panik lagi seperti dulu," imbuh Kuhn.
Menurutnya, alam tidak bisa dilawan.
Yang terpenting saat ini, kata dia, jangan menakut-nakuti wisatawan.
Promosi terhadap pariwisata Bali juga sudah dilakukan secara masif.
Bahkan, Kementerian Pariwisata pun telah melakukan promosi secara maksimal.
Hanya saja, Kuhn menilai Bali tetap perlu berbenah.
"(Penutupan bandara) Kemarin belum terlalu berdampak, karena itu tamu yang mau pulang saja tidak bisa melakukan penerbangan. Tapi sekarang kan sudah normal kembali," ucapnya.
Sementara itu, aktivitas kegempaan Gunung Agung masih relatif tinggi pada Sabtu kemarin.
Tercatat ada delapan kali embusan dan gempa vulkanik selama periode pukul 00.00 hingga 18.00 Wita.
Data petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat pada periode Sabtu (30/6/2018) pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita, terjadi 4 kali embusan dengan amplitudo 2-5 mm dan berdurasi 9-22 detik.
Baca: Dua Opsi untuk Keluarga Korban: Angkat Mayat atau Relakan Tetap Berada di Dasar Danau
Sedangkan untuk pukul 06.00 hingga 12.00 Wita, ada 3 kali embusan dengan amplitudo 3-5 mm dan durasi 34-57 detik serta diikuti satu kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 26 detik.
Selanjutnya untuk periode 12.00-18.00 Wita, ada 1 kali embusan dengan 15 mm dan durasi 70 detik serta 1 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 5 mm dan durasi 10 detik.
Secara visual, asap kawah teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang dan tinggi 1.500 meter di atas puncak kawah Gunung Agung.
"Untuk saat ini cuma terekam embusan-embusan gempa, embusan masih terus terekam, maka aktivitas gunung apinya masih tinggi," kata Kepala Pos Pantau Gunung Agung, Dewa Mertayasa.
Baca: Komunitas Hello Kitty Indonesia Protes Karakter Hello Kitty di Sinetron sebagai Pelakor
Selain embusan, Dewa menjelaskan, masih ada gempa vulkanik dangkal yang terjadi.
Kondisi inilah yang menandakan aktivitas vulkaniknya masih ada.
"Kalau tadi malam (Jumat malam) sinar api masih terlihat tapi tipis. Kecil sekali. Beda dengan yang terlihat pada tanggal 28 (Juni) kemarin," imbuhnya.
Ia mengimbau masyarakat, terutama warga lereng gunung, untuk tidak beraktivitas di radius 4 kilometer dari puncak gunung, termasuk masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Mereka diminta mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
"Kami dari vulkanologi cuma mengimbau warga yang ada di (radius) 4 kilometer agar disterilkan dan yang di luar (radius 4 km), masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa," ujar dia.