BREAKING NEWS : Bupati Tegal Petahana Ki Enthus Susmono Meninggal Dunia
Pjs. Bupati Tegal, Sinung N. RachmadiInsyaa mengatakan, almarhum akan dimakamkan besok siang
Laporan Wartawan Tribun Jateng Akhtur Gumilang
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Berita duka datang dari Kabupaten Tegal.
Bupati petahana, Ki Enthus Susmono meninggal dunia, Senin (14/5/2018) sekitar pukul 19.15 WIB.
Berita ini dibagikan melalui pesan singkat kepada wartawan.
Inna lillahi wa ina ilaihi rojijn... telah pulang ke Rahmat Allah, har ini 14 Mei 2018sekitar pukul 19.15 WIB saudara kita, seniman besar Tegal Jawa Tengah, Indonesia Ki Enthus Susmono. Mohon dimaafkan atas segala kesalahannya, semoga Khusnul Kotimah Amin... ya Rob. Mohon dishare terimakasih. Wassalam.
Belum diketahui penyebab meninggalnya seniman besar Tegal Jawa Tengah tersebut.(*)
Pjs. Bupati Tegal, Sinung N. RachmadiInsyaa mengatakan, rencananya almarhum akan dimakamkan besok siang.
"Info lanjut menunggu keluarga," kata Sinung.
Jenazah Ki Enthus Sampai di Rumah Duka
Ratusan Warga menangis terisak melihat jenazah Enthus Susmono dipulangkan ke rumahnya dari RSUD Soeselo pada Senin (14/5/2018), pukul 20.33 WIB.
Jenazah almarhum sendiri dipulangkan ke rumahnya di Jalan Projo Sumarto 2 No 11, Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.
Di antara isak tangis warga, beberapa di antaranya tersungkur karena padatnya se isi rumah.
Selain ratusan warga memenuhi seisi rumah, adapun ribuan warga berada di luar melihat suasana duka Calon Bupati Tegal itu.

Enthu Susmono wafat di usianya yang ke - 52 tahun.
Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat.
Lewat pantauan Tribunjateng.com di lokasi, jenazah kini masih dikerubungi warga sekitar dengan isak tangi di sekelilingnya.
Perlu diketahui, almarhum wafat pada pukul 19.15 WIB.
Menerima Gelar Doktor Honoris Causa International
Ki Enthus Susmono (lahir di Tegal, 21 Juni 1966; umur 51 tahun) adalah seorang dalang berkebangsaan Indonesia.
Sejak 8 Januari 2014, ia dilantik sebagai Bupati Tegal oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, untuk periode 2014-2019.
Karena ketokohannya di dunia pedalangan, pada tahun 2005, dia menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas Missouri, U.S.A dan Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Philippines (2005).
Selain berbagai penghargaan telah diterima, ratusan karyanya juga tersimpan dalam museum antara lain di Belanda, Jerman, dan New Mexico.
Enthus dibesarkan dari lingkungan keluarga dalang.
Ia adalah anak semata wayang Soemarjadihardja, dalang wayang golèk Tegal dengan istri ke-tiga bernama Tarminah.
Kakek moyangnya, R.M. Singadimedja, merupakan dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.
KI Enthus, begitu sapaannya, dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif serta intensitas eksplorasi yang tinggi, telah mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki Indonesia.
Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagat pewayangan.
Gaya sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya. Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik, baik modern maupun tradisi (gamelan).
Kekuatan mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu terkini membuat gaya pakeliran-nya menjadi hidup dan interaktif.
Didukung eksplorasi pengelolaan ruang artisitik kelir menjadikannya lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang komunikatif, spektakuler, aktual, dan menghibur.
Pada tahun 2005, dia terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa Timur.
Dan pada tahun 2008 ini dia mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali.
Ia adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah secara efektif.
Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat seperti: kampanye; anti-narkoba, anti-HIV/Aids, HAM, Global Warming, program KB, pemilu damai, dan lain-lain.
Di samping itu dia juga aktif mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga.
Kemahiran dan ‘kenakalannya’ mendesain wayang-wayang baru/kontemporer seperti wayang George Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar, penuh daya kejut, dan mampu menembus beragam segmen masyarakat. Ribuan penonton selalu membanjiri saat ia mendalang.
Keberaniannya melontarkan kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memosisikan tontonan wayang bukan sekadar media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.