Minggu, 5 Oktober 2025

Komunitas Moge D'Raptor Brother, Masjid yang Sedang Direnovasi Menjadi Perhatian Saat Touring

Bersedekah di masjid dan musala sudah menjadi rutinitas dan aktivitas rutin yang dilakukan komunitas motor gede (moge) D'Raptor Brother.

Editor: Sugiyarto
ist
Moge-moge milik komunitas D'Raptor Brothers Diparkir di halaman sebuah masjid. 

TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Bersedekah di masjid dan musala sudah menjadi rutinitas dan aktivitas rutin yang dilakukan komunitas motor gede (moge) D'Raptor Brother.

Komunitas moge ini memang tak biasa. Setiap kali touring dan kebetulan melewati masjid dan musala yang sedang direnovasi atau sedang dibangun, mereka membiasakan untuk berhenti dan membagikan rezekinya. 

D'Raptor Brother adalah komunitas moge yang jumlah anggotanya lebih dari 500 orang dan tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.  

Di setiap provinsi, komunitas ini kerap touring bareng, umumnya tiga atau enam bulan sekali. 

Tidak ada batasan usia dalam komunitas ini. Siapapun boleh bergabung. Perbedaan RAS, Agama dan Budaya bukan menjadi persoalan yang berarti.

Justru, perbedaan ini membuat mereka semakin erat dan menjadi satu keluarga yang sangat kuat.

Setiap kali touring, komunitas moge ini berbeda dengan komunitas lainnya. Tanpa ada sirine, dan tanpa ada pengawalan.

Mereka mengedepankan hak yang sama dalam berkendara. Tidak ada iring - iringan dan pengawalan, mereka hanya berkendara biasa laiknya pengendara pada umumnya.

Persyaratan khusus bergabung dalam komunitas ini adalah harus memiliki sepeda motor minimal berkapasitas 250 cc.

Motor tua atau anyar, tidak menjadi masalah, terpenting kapasitasnya 250 cc. Tidak boleh kurang dari itu.

VP D' Raptor Brother East Java Centerm Wahyu Budi Priyanto mengatakan, kegiatan touring bersama ini membawa misi kesadaran yang dimunculkan bersama.

Setiap perjalanan touring, komunitas ini tidak menginap di penginapan mewah. Tidak ada hotel bintang 5, yang ada hanya ada hotel bintang.

"Kalau bagi anggota kami, setiap touring kemanapun, Jogja, Bali, Lombok, dan beberapa daerah lainnya , kami tidak menginap di hotel berkelas."

"Kami menginap di masjid dan musala yang sedang direnovasi. Dan biasanya kami menyebut itu hotel bintang," katanya kepada Surya.

Alasan menyebut hotel bintang meski tidur di pelataran musala atau masjid, kata dia, karena saat tidur, yang dilihat pertama kali adalah langit - langit atap musala atau masjid.

Terkadang, kalau memang belum ada atapnya, bisa melihat bintang secara langsung.

"Kami tidak mengeluh. Karena misi kami touring adalah yang pertama menghilangkan penat atau melepas keruwetan pekerjaan, dan kedua berbuat yang bisa bermanfaat untuk orang banyak."

"Ya ini, kami lakukan. Kami touring, tidak tidur hotel. Anggaran untuk menyewa kamar hotel kami sedekahkan ke masjid atau musala yang sedang direnovasi atau dibangun," terangnya.

Menurut dia, saat touring, semua jabatan atau pangkat di kehidupannya masing - masing dilepaskan. Semuanya sama. Tidak ada yang beda.

"Anggota kami ini kan ada dari beberapa golongan, ada pejabat, ada pengusaha dan sebagainya. Kami sama. Tidur satu alas yang sama. Tidak ada yang risih karena kami memang ingin membantu sesama. Kami ingin keberadaan komunitas ini bisa memberikan manfaat positif bagi banyak orang," ungkap.

Untuk urusan makanan pun, kata dia, tidak ada restoran mahal. Saat lapar, komunitasnya langsung berhenti di warung yang ada. Bahkan , tidak melihat warung itu kecil atau besar.

"Yang penting kami makan. Tidak ada pesanan istimewa. Semuanya seadanya. Selain itu, kami ingin mengubah image anak motor atau komunitas motor yang ugal-ugalan dan tidak peduli dengan sesama," paparnya.

Dijelaskannya, bisa mendekat dan berbagi dengan sesama itu merupakan sebuah nikmat yang luar biasa. Perjalanan touring komunitas ini selalu membawa cerita suka bagi semuanya.

Ia mengaku sudah tidak pernah menghitung berapa masjid dan musala yang sudah disinggahi dan diberi bantuan selama ini.

Kalau diperkirakan, jumlahnya sudah ratusan. Karena setiap touring, minim ada delapan atau sembilan masjid yang disinggahi.

Intinya, bantuan berupa uang ke masjid atau musala yang sedang direnovasi ini sifatnya sukarela. Tidak ada paksaan.

"Masing - masing menyetorkan sendiri. Kalau mau sedekah ya monggo. Minimal sedikit membantu untuk pembangunan atau renovasi masjid atau musala. Tidak ada paksaan, karena yang kami lakukan ini ikhlas," pungkas dia. 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved