Limbah Paralon di Tangan Toni Jadi Berbagai Barang Kerajinan yang Indah
- Toni Yoga Pamungkas berhasil membuat kerajinan tangan dari limbah paralon yang sudah tidak terpakai.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Like Adelia
TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG - Toni Yoga Pamungkas berhasil membuat kerajinan tangan dari limbah paralon yang sudah tidak terpakai.
Di tangan bapak tiga anak ini, limbah peralon dibuat menjadi kerajinan bernilai tinggi, mulai dari celengan, kap lampu, pancuran hiasan, miniatur, jam dinding bahkan tas untuk fashion.
Toni sudah menekuni kerajinan paralon ini sejak dua tahun lalu. Awalnya ia hanya membuatkan deck penutup motocross mini milik anaknya.
Namun saat pembuatan, ia menemukan keunikan dari paralon yang ia pakai.
"Awalnya dua tahun yang lalu, pas buatin deck motor buat anak saya, pas dibakar kok muncul motif lalu saya teruskan."
"Lalu saya lihat sisa-sisa limbah peralon tidak terpakai, saya rasa eman. Saya berfikir untuk mengubah sampah jadi rupiah," ucap Toni kepada Tribunjateng.com, Senin (26/03/2018).
Toni mengerjakan pembuatan seluruh kerajinan di rumahnya yang beralamat di Kampung Kliwonan, Gunungpati, Semarang.
Alat yang digunakan juga tidak susah, yaitu blower sebagai pemanas, bor untuk melubangi dan membuat motif serta grinda untuk memotong dan menghaluskan.
Saat Tribunjateng.com berkunjung ke tempat Toni, ia sedang mengajari dua mahasiswa asing dari Timor Leste.
Dengan cekatan, Toni mempraktikkan cara cara membuat paralon menjadi sebuah celengan dan tempat tisu.
Awalnya, paralon yang sudah dicuci dipanaskan bagian permukaan dengan blower.
Pemanasan ini bertujuan untuk menimbulkan motif seperti kulit kayu.
Paralon yang digunakan harus tebal, untuk pralon yang tipis tidak bisa dipanaskan tetapi ditembak menggunakan air brush.
Pemanasan juga bertujuan membuat peralon menjadi lempengan datar.
Setelah peralon datar, diindih menggunakan keramik sekitar 10 menit supaya paralon benar-benar rata.
Kemudian peralon yang sudah lempeng di potong sesuai ukuran, dan ditempelkan ke peralon yang masih berbentuk lingkaran dengan lem peralon.
Jika sudah jadi, peralon diamplas supaya halus.
"Kami belajar membuat tempat tisu dan celengan memakai paralon, kita baru pertama kali belajar. Mas Toni sangat luar biasa, ia memiliki keahlian dan mengajari kami caranya."
"Kalau di sini sudah tahu otomatis suatu saat kita akan membuat pelatihan kepada masyarakat Timor Leste," ucap Dulce Suarez, mahasiswi dari Timor Leste.
Hasil karya Toni dipajang dan dijual di galerinya, yang berada di samping rumahnya.
Untuk harga berkisar dari Rp 30.000 - Rp 700.000. Bahkan karya pria berusia 37 tahun ini sudah masuk ke Rumah Kreatif Semarang.
Tak hanya berkarya saja, Toni berharap bisa membagi ilmunya kepada teman-teman dan masyarakat sekitar, khususnya Semarang.
"Kedepannya ingin bisa merangkul teman-teman, kepada pemerintah mohon perhatiannya untuk dibantu pelatihan, alat-alat serta pemasaran," ucap Toni.
Nah bagi yang tertarik ingin membeli kerajinan cantik dari peralon ini bisa datang ke Galery Tomblok milik Toni yang berada di Kliwonan, Gunungpati.
Bisa untuk kado, hiasan dan souvenir. Selain unik, harganya juga terjangkau.(*)