Suka Duka Personel Satgas Pengamanan Perbatasan: Cuaca Berkabut, Drop Logistik dari Heli Jatuh
Memasuki hari 14 sejak melakukan patroli pada 15 Januari 2018, personel melaporkan stok lauk pauk hanya cukup untuk dua hari.
TRIBUNNEWS.COM -- MEMASUKI hari kesepuluh dari target perjalanan patroli selama 30 hari di blank post area perbatasan Indonesia-Malaysia, personel Satgas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infanteri 621/Manuntung mulai kekurangan logistik. Kecuali beras yang masih bisa untuk dikonsumsi selama 10 hari, persediaan lauk pauk hanya mampu bertahan dua hari.
"Kami merencanakan cukup logistik untuk 25 sampai 30 hari. Namun hari ke-10 logistik menipis," ujar Komandan Satgas Pengamanan Perbatasan Indonesia- Malaysia Batalyon Infanteri 621/Manuntung, Letkol Infanteri Rio Neswan, Rabu (21/2/2018).
Memasuki hari 14 sejak melakukan patroli pada 15 Januari 2018, personel melaporkan stok lauk pauk hanya cukup untuk dua hari.
"Empat hari kemudian baru saya suplai. Jadi mereka sudah dua hari hanya makan nasi dan garam saja," ujarnya.
Hari ke-17, Rio Neswan menumpang helikopter untuk menyuplai logistik kepada sembilan personel yang sedang patroli itu.
"Saya sampaikan melalui telepon satelit yang mereka bawa, coba cari posisi untuk suplai logistik. Akhirnya mereka bilang, ada tempat yang agak terbuka, tetapi mereka harus mundur sekitar 3 Km dari Patok C200 ke Patok C141," ungkap Rio.
Baca: Hilang Saat Menuju RSUP Kariadi Semarang, Perawat Cantik Ini Ditemukan di Surabaya
Sayangnya saat helikopter sudah berada di sekitar lokasi drop logistik yang direncanakan, situasi di darat berkabut.
Heli terus berputar-putar terbang rendah di sekitar lokasi yang sudah ditentukan. Namun upaya menemukan personel yang sedang melakukan patroli belum membuahkan hasil.
"Kami lama terbang rendah, sampai indikatornya sudah kuning. Saya disampaikan oleh pilot, ini tidak bisa lama-lama terbang rendah. Dalam waktu lima menit lagi bisa crashes helinya," tuturnya.
Akhirnya Rio mengambil keputusan untuk mendrop logistik dalam delapan kemasan. Logistik di drop ke posisi yang kelihatan agak terang dengan membuangnya dari udara.
"Kami buang dari ketinggian sekitar 10 meter. Ada 250 kilogram logistik yang kami buang," ujarnya.
Setelah mendrop logistik, Rio mengirimkan koordinat melalui telepon satelit yang dibawa personel yang sedang melakukan patroli. Untuk meyakinkan, Rio juga sempat menanyakan kepada pilot, apakah lokasi tempat mendrop logistik tidak berada di Malaysia?
Saat helikopter landing di Tarakan, ada telepon masuk. Saat itu, personel di lapangan memberikan koordinat.
"Waktu dalam perjalanan tidak dapat sinyal. Kebetulan di Tarakan ada staf logistik dia yang menerima SMS, karena mereka ini tidak selalu hidup teleponnya. Mereka yang selalu menghubungi kita," kata Rio.
Sesampainya di Tarakan, Rio kembali ingin memastikan, berada di posisi mana anggotanya? Kepanikanpun terjadi saat itu logistik jatuh di wilayah Malaysia. Rio harus menelpon Danrem untuk melaporkan kejadian itu.
"Danrem menyampaikan kepada perwakilan Askar Malaysia. Terjadi pembicaraan army to army. Saya juga ditelepon terus, ditanyai pimpinannya siapa? Ditanya terus, beberapa menit ada lagi telepon," katanya.
Saat pembicaraan dengan Tentara Diraja Malaysia sudah clear, anggota yang sedang patroli ternyata belum diberikan kabar soal itu. Mereka pun harus berupaya mengambil logistik yang berada di Malaysia untuk menghindari Tentara Malaysia yang bertugas di perbatasan.
Kekhawatiran mereka itu tentunya sangat beralasan. Saat baru berangkat misi mereka sudah diikuti Tentara Malaysia. Belum lagi helikopter Malaysia yang terus mengintai mereka hingga hari kesepuluh patroli.
Berhasil mendapatkan logistik yang didrop melalui udara, bukan berarti persoalan selesai.
Satu setengah jam kemudian, mereka sudah dapat logistiknya. Tetapi disampaikan ada 7. "Saya bilang kurang itu, ada 8 semuanya. Karena saya bekali kapak supaya mereka leluasa membuat helipad untuk operasi berikutnya. Setelah ketemu, mereka kembali ke Patok C141," tuturnya.
Tim Pencari dan Penjelajah dibentuk Satgas Pengamanan Perbatasan Indonesia- Malaysia Batalyon Infanteri 621/Manuntung memastikan keberadaan patok-patok perbatasan di blank post area.
Rio Neswan mengatakan, tim tersebut melaksanakan misi menembus kawasan yang selama ini belum terjamah Satgas Pengamanan Perbatasan.
Pasukan penjelajah menjalankan misi sejak 15 Januari hingga 14 Februari 2018. Danpos Lumbis SSK IV Lettu Inf Untung Hermanto dengan pendamping Patop Satgas Kapten Ctp Ari Wahana beserta 7 anggota berhasil melaksanakan patroli patok sesuai sektornya.
Termasuk di wilayah blank post area yang sudah 41 tahun tidak dipatroli dari patok C 002 sampai C 481 dalam keadaan aman.
Hari kedua setelah bergerak dari titik pemberangkatan di sekitar Kampung Kabau, Malaysia, pada 16 Januari 2018, personel Satgas Pengamanan Perbatasan melakukan patroli patok perbatasan sempat diikuti Tentara Diraja Malaysia.
Hanya saja, kata dia, ada tebing yang sangat tinggi sehingga tidak mungkin didaki. Karena ada tebing tinggi, mereka balik kanan.
Tak hanya harus melalui medan berat dengan tebing yang tinggi dan curam. Jalur patroli yang masih berupa hutan tanpa jalan, memaksa para personel TNI dimaksud harus berusaha membuat jalan.
Dalam kondisi hujan dan berkabut seperti ini, merekapun sama sekali tidak pernah menemukan binatang yang bisa dijadikan santapan penambah lauk pauk. Menempuh jarak sejauh 363 kilometer di kawasan Kecamatan Lumbis, setiap harinya para personel harus berjalan kaki sejak pukul 09.00 hingga pukul 16.00.
Beratnya perjalanan yang harus dilalui membuat seorang personel sempat sakit. "Cuma demam biasa. Kebetulan ada bintara kesehatan yang jalan satu orang. Mereka jalan disuplai obat-obatan dan injeksi untuk emergensi," tandas Rio. (niko ruru)