Ribuan Hektar Sawah dan Kebun Bawang Terendam Banjir di Brebes
Data Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Brebes tercatat 2.550 hektare tanaman padi siap panen.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Ribuan hektar lahan pertanian padi dan bawang di Kabupaten Brebes dipastikan puso atau gagal panen.
Padi dan bawang merah gagal panen karena tanaman terendam banjir.
Data Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Brebes tercatat 2.550 hektar tanaman padi siap panen.
Sedangkan berdasarkan data Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) ada 995 hektar tanaman bawang merah yang terendam banjir.
Ketua KTNA Brebes yang juga Ketua ABMI Pusat, Juwari, menuturkan lahan pertanian yang terendam tersebar di Kecamatan Brebes, Jatibarang, Songgom dan Wanasari.
"Bencana banjir itu menyebabkan para petani padi dan bawang merah mengalami kerugian hingga Rp 50,25 miliar. Mereka merugi lantaran tanamannya rusak dan gagal panen," kata Juwari, Selasa (20/2/2018).
Menurutnya, tanaman bawang merah sangat rentan terhadap genangan air.
Baca: Setelah Pengabdi Setan, Ayu Laksmi Kebanjiran Tawaran Main Film Horor`
Jika air menggenang di lahan pertanian beberapa jam saja, tanaman bawang sudah rusak.
"Untuk bawang merah, jika terendam harus diganti bibit baru. Karena tanaman terendam keseluruhan, langsung membusuk," terangnya.
Total kerugian hingga Rp 50,25 miliar itu, kata dia, dihitung dari luasan lahan yang terendam dikalikan biaya yang dikeluarkan untuk modal produksi.
Untuk bawang merah, petani bisa mengeluarkan biaya tanam hingga panen sebesar Rp 60 juta.
Saat ini, bawang merah yang terendam rata- rata baru berumur 30 hari atau separuh dari umur panen yang mencapai 50- 60 hari.
Sehingga, rata- rata modal yang dikeluarkan petani juga separuhnya dari biaya tanam yakni sebesar Rp 30 juta. Jika dikalikan luasan yang terendam, kerugian mencapai Rp 29,85 miliar.
Sementara, modal perhektare tanaman padi mulai tanam hingga panen mencapai Rp 12 juta, dan kerugian petani akibat banjirrata-rata Rp 8 juta per ha.
"Karena ada sebagian kecil yang masih bisa diselamatkan. Jadi kalau ditotal kerugiannya mencapai Rp 20,4 miliar," ucap Juwari yang juga menjabat sebagai Sekretaris KTNA Provinsi Jateng itu.
Ia berharap, pemerintah memberikan perhatian dengan segera kepada para petani supaya dapat kembali memulai tanam.
"Harapannya ada bantuan bibit sebagai upaya pemulihan para petani yang merugi," imbuhnya.