Pengunggah Postingan Penganiayaan Santri di Garut Tidak Bermaksud Meresahkan Warga
Beredar di media sosial yang terjadi pada Sabtu (3/2/2018), seorang santri bernama Abdullah mengalami penganiayaan hingga penebasan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Pimpinan Pondok Pesantren Al Futuhat, Ahmad Syatibi menjelaskan, unggahan foto dugaan penganiayaan seorang santri di Kadungora, Kabupaten Garut, dilakukan bukan berniat untuk meresahkan masyarakat.
Beredar di media sosial yang terjadi pada Sabtu (3/2/2018), seorang santri bernama Abdullah mengalami penganiayaan hingga penebasan menggunakan senjata tajam di Desa Karangtengah, Kecamatan Kadungora.
Baca: Memprihatinkan, Catatan Merah Siswa Penganiaya Guru Hingga Akhirnya Tewas
Ahmad mengatakan, pada Sabtu (3/2/2018) malam, ia mengaji bersama para santri, kemudian melihat santri tersebut masuk ke dalam ruangan.
"Saya tidak tahu persis, tetapi anak itu mengaku telah dianiaya," kata Ahmad di Mapolres Garut, Jalan Jend Sudirman, Kota Garut, Rabu (7/2/2018).
Setelah melihat kondisi anak tersebut, ia segera memposting ke salah satu jejaring sosial agar kejadian dugaan penganiayaan santri tidak terulang.
Akibatnya, para pengguna jejaring sosial, terutama para santri menganggap kejadian itu benar terjadi dan dikaitkan dengan peristiwa yang saat ini tengah ramai.
"Saya tidak berniat menyebarkan hoaks," ujarnya.