Sulitnya Cari Pekerjaan di Bangkalan, Pensiunan PNS Pun Pilih Jadi Tukang Rongsok
Mantan penjaga sekolah itu memilih jadi pemulung barang bekas usai pensiun sebagai PNS.
Lambannya investasi di Kabupaten Bangkalan berimbas terhadap minimnya lapangan pekerjaan. Hal itu dirasakan betul Samsul Bahri (60), warga Kampung Jagalan, Kelurahan Pajagan. Mantan penjaga sekolah itu memilih jadi pemulung barang bekas usai pensiun sebagai PNS.
TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN - Mendung yang disertai gerimis mengurungkan niat Samsul berkeliling mencari barang bekas ke pelosok-pelosok desa di Kabupaten Bangkalan. Rutinitas yang ia lakukan sejak 2008 silam.
Bapak dengan tujuh anak itu memilih duduk di sebuah bangunan mirip pos kamling di belakang rumahnya.
Selain dijadikan tempat menerima tamu, bangunan berbahan bambu itu juga menjadi tempat penyimpanan barang bekas hasil pencariannya.
"Untuk berkeliling hingga jauh seorang diri, saya tidak mampu. Biasanya bersama anak, tapi dia sedang sakit beberapa hari ini," ungkap Samsul, Rabu (23/1/2018).
Barang-barang bekas yang dikumpulkan Samsul mayoritas adalah benda elektronik rumah tangga. Seperti kulkas, kipas angin, AC, dan pompa air.
Selain itu, nampak beberapa aki bekas mobil, sepeda, dan aneka jenis lampu tempel. Apa saja yang bisa dijual kembali, pasti dibelinya secara rombeng.
Benda-benda usang itu lantas ia preteli untuk diambil bagian-bagian yang bisa dijual secara kiloan. Seperti elemen tembaga pada kulkas sekaligus tabung freezer nya.
"Semua dikumpulkan hingga banyak, baru dijual ke Pasar Loak Surabaya. Sesekali ada yang datang mengambil ke sini," tuturnya.
Dalam upaya mencari barang-barang dagangannya itu, Samsul kerap berjalan tanpa membawa modal. Transaksi dilakukan pada kunjungan berikutnya.
"Ketika menemukan barang, barulah saya mencari hutang untuk modal. Terkadang dapat pinjaman, kadang pula tidak," ujarnya.
Ia mengatakan, tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk terjun sebagai pencari barang bekas. Apalagi melibatkan Zainal (30), putra keduanya. Namun hal itu terpaksa dijalani karena sulitnya lapangan pekerjaan.
"Sebetulnya, saya tidak ingin mengajak anak terjun di profesi ini. Namun di Bangkalan susah mencari pekerjaan. Biarlah dia belajar, siapa tahu kelak ada peluang kerja yang lebih baik," pungkasnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Moh Amir Habsah menyatakan, investor sangat dibutuhkan Kabupaten Bangkalan karena kekuatan APBD hanya cukup untuk membiayai birokrasi.
Itu dibuktikan dengan tidak adanya perubahan secara signifikan untuk menopang investasi yang bisa meningkatkan aspek sosial-ekonomi masyarakat setelah Suramadu resmi beroperasi.
"Bangkalan butuh investor. Tawarkan ke investor apa saja yang menjadi potensi Bangkalan. Seperti batik, parawisata, dan Pelabuhan Kamal," katanya.
Ia menjelaskan, Pelabuhan Kamal selama hampir sepuluh tahun terakhir tidak pernah dijamah pemerintah sejak beroperasinya Jembatan Suramadu di pertengahan 2009.
"Pelabuhan Kamal mati, sepertinya pemerintah diam saja. Wisata religi Syaichona Cholil begitu-begitu saja. Promosi batik lamban, harusnya ada networking dengan para stakeholder yang peduli," jelasnya.
Seharusnya, lanjut Amir, pemerintah harus jelas memposisikan diri dalam menyediakan sarana dan prasarana. Sehingga para investor berbondong-bondong menanamkan modal di Bangkalan.
"Pemerintah harusnya lebih cerdas dari masyarakat. Persoalan terbesar di Bangkalan, masyarakat tidak disediakan lapangan pekerjaan. Satu sisi, masyarakat harus maju juga. Hal-hal baru jangan ditolak," imbuhnya.
Akibatnya, Kabupaten Bangkalan sebagai kawasan terdekat dengan pusat kapitalisme kedua di Indonesia, perkembangannya stagnan.
"Situasinya muter-muter saja. Malah angka kriminalitas semakin tinggi. Ya karena masyarakatnya butuh makan," tandasnya.
Total angka kriminalitas yang dihimpun dari Polres Bangkalan sepanjang tahun 2016 dan 2017 sebanyak 606 kasus; 293 kasus terjadi di tahun 2016 dan 313 kasus terjadi di tahun 2016.
Dari angka tesebut, pencurian sepeda motor mendominasi dengan total 77 kasus di tahun 2016 dan 48 kasus di tahun 2017. Disusul pencurian dengan pemberatan, masing-masing 41 kasus di tahun 2016 dan 2017.
Di urutan ketiga, pencurian dengan kekerasan mencapai angka 34 kasus di tahun 2016 dan 28 kasus di tahun berikutnya.
Sedangkan kasus penyalahgunaan narkoba meningkat tajam dari angka 76 kasus di tahun 2016 menjadi 142 kasus di tahun 2017.
Kepala Bidang Pelatihan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Bangkalan, Tarso mengungkapkan, lapangan pekerjaan yang tersedia sejauh ini hanya di Indomaret dan Bangkalan Plaza.
"Akan ada BUMN bergerak di jasa pinjaman usaha mikro. 24 Februari akan ada rekrutmen yang ditempatkan di kecamatan-kecamatan sesuai domisili," ungkapnya.
Menurutnya, terbukanya lapangan pekerjaan bergantung iklim investasi. Ketika investasi skala besar masuk, otomatis akan membutuhkan banyak tenaga kerja.
"Total pencari kerja di tahun 2017 sebanyak 638 orang. Lulusan sarjana 157 orang, D1 dan D3 sebanyak 150 orang. Sisanya lulusan SMA dan SMP sederajat," jelasnya.
Sementara di tahun 2016 pencari kerja terdaftar 395 orang, tahun 2015 sebanyak 593 orang, dan tahun 2014 sebanyak 1.842 orang.