Pemberdayaan Desa dengan Mempertahankan Adat Istiadat dan Kearifan Lokal
Menurutnya, bukan cuma peran pemerintah. Tetapi masyarakat juga dituntut untuk mengembangkan wilayahnya sendiri.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Membangun desa dari pinggiran wilayah Indonesia bisa diwujudkan dengan beragam cara.
Salah satunya dengan membangun kesadaran masyarakat untuk mengangkat potensi desanya sendiri.
Desa Pakkat Hauagong yang terletak di sebelah barat dan termasuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, mengandalkan pertanian dan perkebunan salak untuk kehidupan warganya sehari-hari.
Berada di ketinggian antara 300 sampai 1500 meter di atas permukaan laut, Desa Pakkat Hauagong dengan luas 1700 hektare, memiliki penduduk sekitar 3700 jiwa, dengan berbagai potensi wisata alamnya.
Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor mengatakan, pengembangan infrastuktur Desa Pakkat Huaagong, akan diselesaikan pada akhir tahun 2018.
Menurutnya, hal ini dilakukan untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada.
"Pemerintah wajib mengembangkan suatu daerah. Maka masyarakat juga dituntut untuk mengembangkan wilayahnya sendiri," kata Dosmar dalam keterangan yang diterima, Selasa (2/1/2018).
Menurutnya, bukan cuma peran pemerintah. Tetapi masyarakat juga dituntut untuk mengembangkan wilayahnya sendiri.
"Pakkat martabe merupakan program pengembangan desa Pakkat Hauagong yang dibentuk oleh Para perantau dari Desa Pakkat tersebut," katanya.
Sementara itu Ketua Umum Pakkat Martabe 2017 Sehat Ganda Mungkur mengatakan, Pakkat Masipature atau Pakar Martabe merupakan ajakan bagi para perantau yang berasal dari Desa Pakkat Hauagong yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Dalam rangkaian acara Pakkat Martabe 2017, terdapat berbagai prosesi adat. Diantaranya Sibuha Buhai, yaitu makan dan doa bersama yang dilakukan oleh masyarakat sebelum acara dimulai," kata Ganda.
Menurutnya, prosesi ini diharapkan agar acara yang diselenggarakan dapat berlangsung tanpa hambatan yang berarti.
"Manomu-nomu merupakan prosesi selanjutnya. Yaitu penyambutan tamu agung yang dilakukan masyarakat dengan tarian sambutan," katanya.
Kemudian setelah acara puncak, maka prosesi Mangulosi dilakukan oleh masyarakat adat kepada para perantau sebagai simbol persaudaraan.
Selanjutnya diikuti prosesi menyelimuti perantau dengan kain Uloas Pakkat, yaitu kain khas Desa Pakkat.