Senin, 6 Oktober 2025

Di Usia Senjanya, Pasangan Suami-Istri di Banjarnegara Ini Harus Tinggal di Kandang Ayam

Kehidupan sepasang suami istri berusia renta di Rt 3 Rw 3 Desa Kalibening Kecamatan Kalibening Banjarnegara ini membuat miris.

Editor: Sugiyarto
Tribun Jateng
Abdul Somad dan istrinya, Sukarni warga Desa Kalibening Kecamatan Kalibening terpaksa tinggal menyatu dengan kandang sapi dan ayam milik orang karena tak punya rumah. 

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Kehidupan sepasang suami istri berusia renta di Rt 3 Rw 3 Desa Kalibening Kecamatan Kalibening Banjarnegara ini membuat miris.

Mereka harus menghabiskan masa tua untuk tinggal menyatu dengan kandang.

Usia Abdul Somad tak lagi muda, sekitar 75 tahun. Wajah orang tua itu sudah penuh garis keriput. Kulit tubuhnya bergelambir.

Sebagian giginya telah tanggal. Tulang punggung Somad apalagi, rapuh hingga tak mampu berdiri tegak lagi alias bungkuk.

Kakek sepantarannya seharusnya bisa menikmati masa tua di rumah, dimanjakan oleh anak, sambil menimang cucu kesayangan.

Seluruh pekerjaan duniawi, terlebih yang menguras tenaga, seharusnya ditinggalkan.

Namun masa pensiun yang indah itu tak berlaku bagi Somad. Di usianya yang renta, ia masih harus berjuang melawan kerasnya kehidupan.

Usia boleh saja berlipat, energi jauh berkurang, namun laku hidup Somat tak berubah. Ia tetap kerja keras sebagai buruh tani demi menghidupi kaluarga.

"Saya garap sawah milik orang, nanti panennya bagi hasil,"kata Abdul Somad, Selasa (26/12)

Nafas Somad agak tertahan-tahan. Ia baru saja pulang dari sawah yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Somad langsung menuju parapian untuk mengeringkan tubuhnya yang basah terguyur hujan. Dapur itu menyatu dengan kandang sapi dan ayam milik orang.

Sukarni (65) duduk menyebelahi suaminya, di bawah nyala bola lampu yang temaram. Somad mengeluhkan kakinya yang nyeri usai berjalan jauh dari sawah.

Tidak ada bahan yang dimasak kala itu, kecuali air yang tak kunjung diangkat meski telah mendidih. Meski tinggal berdua, mereka tak pernah sepi karena selalu ditemani sapi dan ayam yang tinggal di tempat sama dengan mereka.

Bukan hanya terbiasa dengan desing suara binatang, mereka juga harus mengabaikan bau kotoran ternak yang menyengat setiap saat.

"Ini saja kami menumpang di tempat orang,"kata Somad

Sudah empat tahun ini, Somad dan istrinya terpaksa tinggal di kandang milik orang. Alih-alih memiliki ruang tamu, tempat tidur mereka hanya tersekat tembok dengan hewan-hewan ternak tersebut.

Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kandang yang sekaligus difungsikan sebagai dapur atau tempat kumpul.

Orang tua itu sebenarnya pernah memiliki tempat tinggal tetap. Keduanya sempat tinggal bersama anak dan cucu-cucunya di sebuah rumah kecil berukuran sekitar 5x7 meter.

Ironisnya, rumah sempit itu harus dihuni tujuh orang hingga Sukarni terpaksa memasak di emperan karena kekurangan ruang.

Kehidupan keluarga sang anak yang berprofesi sebagai buruh bengkel ternyata tak kalah susah.

Karena itu, orang tua tersebut memilih mengalah untuk anaknya. Mereka rela meninggalkan rumah agar anak cucunya bisa tinggal nyaman di rumah kecil itu.

Seorang warga yang kasihan melihat kehidupan orang tua itu menawari untuk tinggal di rumahnya.

Ada sisa ruang kandang yang bisa dimafaatkan kedua orang tua itu untuk berteduh dari terik dan hujan.

Warga baik hati itu juga menyediakan tempat tidur seadanya di ruang pojok belakang untuk istirahat.

"Kandang ini kalau hujan bocor,"katanya

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Somad dan istrinya mengandalkan upah bagi hasil dari kelola sawah milik orang.

Padahal sawah tadah hujan di daerah ini tak begitu bisa diandalkan. Jika beruntung, Somad bisa panen dua kali dalam setahun. Jika cuaca tak bagus, ia hanya bisa panen sekali setahun.

Jika panen bagus, Somad bisa membawa pulang hasil panen sebanyak 3 kuintal padi basah, atau 1,7 kuintal padi kering, usai dibagi dengan pemilik sawah.

Padi itu ditukar dengan uang senilai sekitar Rp 700 ribu. Hasil itu belum dikurangi biaya produksi yang ia keluarkan hingga keuntungan bersihnya sangat minim.

Hasil itu tentu jauh dari kata cukup untuk makan sehari-hari, terlebih untuk kebutuhan lain.

Ironisnya, meski kehidupannya memprihatinkan, Somad mengaku tak mendapat program perlindungan sosial dari pemerintah.

Ia mengaku tak mengenal kartu-kartu sakti yang diterbitkan pemerintah untuk mengangkat kehidupan si miskin, antara lain kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Keluarga itu juga tak masuk sebagai penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).

"Keluarga saya kalau ada bantuan itu selalu dihindari. Yang rumahnya keramik malah dapat,"katanya

Kepala Desa Kalibening Khodim mengamini, kehidupan orang tua itu sangat memprihatinkan. Khodim mengaku terenyuh melihat kondisi keluarga Somad dengan segala kekurangannya.

Pemerintah Desa Kalibening berupaya memikirkan orang tua itu agar bisa tinggal di tempat yang layak.

Karena itu, pihaknya mengusahakan keluarga Somad masuk dalam program bedah rumah tahun 2018. Pada tahun tersebut, 20 Kepala Keluarga (KK) di desa itu menjadi penerima manfaat program bedah rumah dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Pemerintah Desa, senilai Rp 10 juta per rumah.

Masalahnya, Somad tidak memiliki lahan pribadi untuk didirikan rumah. Pihaknya akan memikirkan agar Somad dan istrinya bisa menetap di tempat yang layak, bagaimanapun caranya.

"20 rumah yang akan dibedah nasibnya memprihatinkan semua. Ada juga warga lain yang dulu tinggal di bekas kandang, namun sudah kami pindahkan di ruang SD Inpres yang tak terpakai,"katanya

Khodim membenarkan keluarga Somad selama ini belum mendapatkan program perlindungan sosial baik Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau Jamkesda.

Namun keluarga itu tetap menerima bantuan Beras Sejahtera (Rastra) dari pemerintah.

Pemerintah Desa Kalibening pernah mengusulkan keluarga Somad sebagai penerima manfaat PKH namun tidak lolos.

Saat itu, keluarga itu diusulkan bersama sekitar 600 KK lain untuk mendapatkan manfaat PKH. Namun, dari jumlah itu, yang disetujui menerima manfaat itu hanya 200 KK.

"Kami hanya bisa mengusulkan. Kewenangan untuk menentukan siapa penerima bukan kami,"katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved