Selasa, 30 September 2025

Ketika Para Pedagang Asongan dan Kru Bus Terminal Kota Tegal Membuka Jendela Dunia

Karena terletak di dalam terminal, tempat ini menjadi obat manjur penghilang kebosanan

Editor: Sugiyarto
(TRIBUN JATENG/MAMDUKH ADI PRIYANTO)
Pedagang asongan sedang membaca buku dan mengaji alquran di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sekila Kerti di kompleks Terminal Kota Tegal, Jumat (20/10/2017) 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto

TRIBUNNEWS.COM,TEGAL- Sudah cukup lama Wariah (55) duduk di sebelah barang dagangannya di bangku Terminal Kota Tegal Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jumat (20/10/2017).

Matanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Sesekali menengok ke arah pintu kedatangan bus.

Berharap bus dengan sarat penumpang datang. Tetap saja, hari ini tampaknya bus enggan mampir dan masuk ke dalam terminal.

Warga Sumurpanggang itu pun terlihat mulai bosan. Diambilnya satu buah jeruk yang merupakan barang dagangannya dari dalam wadah anyaman bambu.

Jeruk habis ditelan, masih saja, bus tidak kunjung datang.

Ia pun melangkah ke arah pojok timur terminal dan masuk ke dalam ruangan berkaca dengan tulisan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti.

Buku- buku tampak tertata rapih di rak dan meja di dalam ruangan itu.

Ruangan yang tidak terlalu luas untuk menyimpan sekitar ribuan buku.

Kursi dan meja pun ada, namun nenek Wariah memilih duduk lesehan di lantai setelah mengambil satu buku di rak nomor dua dari atas.

"Maca, kadang nderes Quran neng kene. Guru ngajine Bu Darsiti. Daripada bosen nunggu mending maca (Di sini membaca buku, terkadang baca Alquran. Guru ngajinya Bu Darsiti. Daripada bosan menunggu, lebih baik membaca)," kata Wariah.

Karena terletak di dalam terminal, tempat ini menjadi obat manjur penghilang kebosanan para pedagang asongan, sopir, kernet, dan masyarakat lain yang tiap harinya bekerja di terminal.

Dengan menyediakan ribuan buku koleksi, Sakila Kerti menjadi tempat mojok yang asyik saat pedagang asongan sepi pembeli, sopir bus sepi penumpang, ataupun hanya untuk tempat meregangkan otot sambil membaca buku.

Koleksi buku yang ada pun lengkap, dari agama, pendidikan, sains, politik, kesehatan, biografi para tokoh hingga buku budaya Tegal.

Pendiri TBM Sakila Kerti, Yusqon, menuturkan, meski rata- rata pedagang asongan dan sejumlah warga terminal lain berpendidikan rendah, namun semangat mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru dari buku patut diacungi jempol.

"Mereka punya semangat, keinginan untuk membaca. Namun, tidak terfasilitasi dengan baik. Kini, mereka bisa mencari nafkah sambil baca buku di terminal ini," kata Yusqon.

Sebelum gerakan literasi digencarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru- baru ini, TBM Sakila Kerti sudah lebih dulu berdiri.

Tepatnya pada September 2011 Yusqon yang merupakan seorang pendidik dengan gelar doktor bersama istrinya, Sismiyati itu mendirikan TBM Publik Sakila Kerti.

"Awalnya, ada sekitar tiga ribuan buku koleksi pribadi saya yang disiapkan di TBM. Sekarang, koleksi terus bertambah hingga puluhan ribu buku," ucapnya.

Buku itu merupakan hasil sumbangan dari beberapa pihak, semisal dari CSR perusahaan swasta, kemudian BUMN, dan dari pemerintah serta DPRD Kota Tegal.

Sejumlah penghargaan pun telah diraih TBM ini dua paling bergengsi yakni juara nasional pada 2012 dari Menteri Pendidikan Muhammad Nuh katergori TBM Kreatif dan Rekreatif.

Kemudian, pada 2017, mendapatkan penghargaan kategori karya nyata pendidikan masyarakat dari Menteri Pendidikan, Muhadjir Effendy.

"Jadi, dua orang dalam satu rumah, suami dan istri mendapatkan penghargaan dari menteri di bidang pemberdayaan masyarakat. Ini di luar dugaan," ujarnya terkekeh.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved