Minggu, 5 Oktober 2025

Rieke Diah Pitaloka dan Model-model Cantik Berbusana Batik di Kota Malang

Para perajin batik meminta Pemerintah Kota Malang memiliki kebijakan yang berpihak kepada mereka.

Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Rieke Diah Pitaloka dan Model-model Cantik Berbusana Batik di Kota Malang
Istimewa
Rieke Diah Pitaloka

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Para perajin batik meminta Pemerintah Kota Malang memiliki kebijakan yang berpihak kepada mereka.

Contoh konkret kebijakan yang berpihak kepada pelaku usaha batik dengan membeli batik milik perajin batik asal Kota Malang.

"Contoh konkretnya, kalau Pemkot mau pengadaan batik dalam jumlah miliaran rupiah namun pelaku usaha tidak bisa memenuhinya, tolong itu dipecah dan disebarkan ke perajin batik di Kota Malang."

"Itu langkah kecil tetapi konkret membantu pelaku usaha batik. Itu menurut saya contoh keberpihakan kebijakan," ujar pelaku usaha Batik Tulis Celaket (BTC) Hanan Jalil di sela-sela peringatan Hari Batik Nasional di Balai Kota Malang, Senin (2/10/2017).

Baca: Gus Ipul Tak Menyangka Golkar akan Memilih Mengusung Orang Lain

Langkah itu merupakan salah satu bentuk bantuan pemasaran dari Pemkot Malang. Menurut Hanan, pelaku usaha batik mengalami kendala antara lain di pemasaran.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Kota Malang, terdapat 30 pelaku usaha batik di Kota Malang. Tetapi dari jumlah itu, dua orang kini sudah tidak memproduksi batik atau hanya tersisa 28 saja.

Data ini juga sama yang dimiliki oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang Tri Widyani menuturkan dinasnya mendorong pelaku usaha batik.

"Dari hulu sampai hilir, mulai dari bantuan proses produksi, pembiayaan, dan pasar," ujar Yani.

Baca: Pendukung Jokowi Akan Terbelah Dalam Pilkada Jawa Timur Jika Khofifah dan Gus Ipul Bertarung

Pemkot memberikan bantuan berupa pelatihan kepada pelaku usaha batik. Sedangkan pembiayaan, Pemkot menghubungkan dengan pihak Perbankan.

"Dan pasar tentu kami juga membantu. Seperti contoh ketika Apeksi kemarin, kami memesan batik dari perajin Kota Malang. Kain batik ini menjadi ikon," ujarnya.

Sedangkan Wakil Wali Kota Malang Sutiaji menegaskan Pemkot Malang mendorong penciptaan pasar bagi perajin batik ini. 'Otoritas pasar kami yang punya, tentunya kami akan membantu perajin batik di Kota Malang. Mendorong perhotelan juga ikut memasarkan batik asli Kota Malang," tegasnya.

Baca: Ayah Tiri Tega Sekap dan Perkosa Anaknya, Ini yang Dilakukan Ayah Kandungnya

Meski diwarnai kembang kempis di kalangan perajin batik, batik masih menjadi penyumbang paling tinggi bagi perekonomian Indonesia dari kelompok fesyen.

"Kalau di fesyen, nomor satu penyumbang masih batik kemudian diikuti oleh tenun. Namun jumlah share-nya saya belum tahu angka pastinya. Tetapi batik masih yang tertinggi," ujar Emilia Suhemi, Direktur Utama Smesco Indonesia.

Sebab batik merambah ke semua kalangan, mulai dari anak kecil, remaja, dan dewasa. Pasar batik, lanjutnya, masih terbuka lebar dan masih menjadi buruan konsumen.

Karenanya, Smesco Indonesia (lembaga di bawah Kementerian Koperasi dan UKM) terus mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha batik di Indonesia.

"Salah satunya melalui kolaborasi antara perajin dan desainer untuk memunculkan inovasi-inovasi di batik," tegasnya.

 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Pemkot Malang bersama BTC, Andre Modelling School, IKIP Budi Utomo, dan sejumlah organisasi daerah yang ada di Kota Malang menggelar peringatan bersama Hari Batik.

Tema peringatan Hari Batik kali ini adalah Batik untuk Toleransi. Sebab 2 Oktober juga dikenal sebagai Hari Tanpa Kekerasan Internasional, yang mengacu kepada tanggal dan bulan lahirnya simbol anti kekerasan dunia Mahatma Gandhi.

Karenanya peringatan Hari Batik juga diwarnai pembacaan ikrar Tolensi se-Dunia. Pembacaan ikrar dipimpin oleh anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved