Kisah Heroik Warga Banjarnegara Memburu Celeng yang Mencabik Tubuh Wanita Pencari Rumput
Serangan babi hutan alias celeng terhadap Sunarti, pencari rumput asal Desa Jlegong, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, mengejutkan warga.
Titik pencarian dimulai dari tempat ditemukannya tubuh Sunarti. Perburuan mereka mengikuti jejak kaki celeng yang membekas di tanah.
Namun, bukan langsung di dekat jejak kaki itu, mereka menjaga jarak dan rela nyusuri tebing.
Trik ini mereka lakukan karena tak mau berhadapan langsung dengan celeng yang berisiko mengancam nyawa.
Hingga jarak sekitar 300 meter, mereka melihat seekor babi hutan berjalan berat karena kaki terikat kawat.
Mata Nartin awas mengincar kepala babi yang ada di bawah tebing tempat dia berdiri.
Batu besar yang dibawa langsung dijatuhkannya tepat mengenai kepala celeng hingga membuat berontak.
"Celengnya langsung mengamuk setelah batu itu melukai kepalanya. Ia tidak melihat orang di atas (tebing) jadi yang jadi sasaran serangannya batu di dekatnya," ungkap Tikno yang mendapat cerita langsung dari Nartin dan warga lain.
Hantaman batu di kepala itu ternyata tak membuat si celeng limbung. Malahan, babi hutan tersebut masih bisa berlari menghindari bahaya yang mengancamnya.
Nartin dan teman-temannya terus mengejar lewat cara berlari di tebing di atas jalan yang di lalui babi tersebut.
Dari atas tebing, mereka terus menghujani celeng itu menggunakan batu besar. Sasaran mereka, kepala atau moncong.
Hingga beberapa kali hantaman di kepala, tubuh celeng seberat sekitar 1 kwintal akhirnya roboh.
Mereka terus melempari tubuh celeng yang telah sekarat itu hingga mati bersimbah darah.
"Celeng itu kemudian dipikul menggunakan bambu. Memang berat sekali dan kulitnya keras," kata Tikno.
Warga menduga, celeng itu menyerang Sunarti lantaran dendam. Sebelum menyerang Sunarti, babi itu rupanya sempat terperangkap jebakan yang dibuat warga di desa sebelah.
Sayang, patok kayu untuk mengikat kawat penjerat itu lepas karena tak mampu menahan kekuatan babi.
Babi hutan itu pun berhasil lolos dan menyeret kawat penjerat yang terikat pada kayu.
"Mungkin, babi hutan itu merasa tersakiti lalu menyerang setiap warga yang ditemui. Karakter babi itu pendendam," katanya. (*)