Penjelasan BMKG terkait Gempa 5,1 Skala Richter di Selatan Pacitan
BMKG mencatat guncangan gempa bumi tektonik di wilayah Samudera Hindia, sisi selatan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, Minggu (27/8/2017).
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat guncangan gempa bumi tektonik di wilayah Samudera Hindia, sisi selatan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, Minggu (27/8/2017) pukul 07.02 WIB.
Kekuatan gempa capai 5,1 Magnitudo, berpusat di laut pada jarak 253 kilometer selatan Pacitan, pada kedalaman 10 kilometer.
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengatakan gempa bumi itu berklasifikasi dangkal.
"Akibat aktivitas patahan atau sesar di zona outer rise, yaitu zona gempa di luar (di selatan) zona subduksi lempeng," kata Daryono melalui pesan singkat.
Menurutnya, aktivitas gempa di zona itu bermekanisme sumber sesar turun (normal fault).
Baca: Dulu Jadi Musuh Nomor Satu Pemerintah, Agus Wandi Kini Malah Bikin Bangga Indonesia
Hasil analisisnya, gempa tersebut juga dipicu patahan turun dalam arah barat-timur.
"Gempa bumi ini tidak dirasakan orang-orang, karena jaraknya yang jauh. Namun aktivitas gempa di outer rise tidaklah banyak, sehingga sangat menarik untuk dicermati oleh para ahli," papar dia.
Pria asal Salatiga itu mengatakan zona outer rise selama ini seolah menjadi zona gempa yang terabaikan.
Padahal zona outer rise dapat berpotensi terjadi gempa kuat yang dapat memicu tsunami besar.
"Seperti halnya peristiwa The Great Sumba pada 19 Agustus 1977, gempa dahsyat berkekuatan 8,3 Magnitudo dengan patahan turun yang berpusat di zona outer rise selatan Sumbawa, memicu tsunami hingga menewaskan sebanyak 198 orang di pesisir selatan Sumbawa," kata dia.