Terjaring Razia, Perempuan Ini Ceritakan Alasannya Bergaya Tomboi
Wanita berinisial SAI adalah satu dari enam muda-mudi yang terjaring Tim Asuhan Rembulan Malam II di warung kopi pinggir jalan di daerah Margorejo
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Satpol PP Pemkot Surabaya, BPB Linmas Kota Surabaya, Dishub dan Dispora Surabaya, serta Polrestabes Surabaya yang tergabung dalam Tim Asuhan Rembulan Malam II menggelar Operasi gabungan cipta kondisi (Cipkon). Operasi itu berlangsung sejak Kamis (17/8/2017) pukul 23.00 hingga Jumat (18/8/2017) pukul 03.00 WIB di sudut-sudut Kota Surabaya.
Dalam operasi gabungan cipkon tersebut, terjaring sebanyak enam muda-mudi yang terbukti tidak membawa kartu identitas (KTP) saat berada di warung kopi sekitar Margorejo dan Taman Bungkul, Surabaya.
Wanita berinisial SAI adalah satu dari enam muda-mudi yang terjaring Tim Asuhan Rembulan Malam II di warung kopi pinggir jalan di daerah Margorejo, Surabaya.
Baca: SBY dan Keluarga Nonton Lomba Panjat Pinang Saat Pulang Kampung ke Pacitan
Perempuan 22 tahun ini berhasil kabur dari kejaran petugas di saat operasi terjadi.
Akan tetapi menyerahkan diri ke kantor Satpol PP Pemkot Surabaya usai kedua rekannya terciduk karena usaha kaburnya gagal.
SAI adalah seorang perempuan yang bergaya laki-laki.
Ia berambut pendek, dan memakai kaos longgar warna pink.
Baca: Polisi Ringkus Pria yang Tega Aniaya Istri Hingga Luka-luka
Saat ditemui TribunJatim.com di kantor Satpol PP Pemkot Surabaya, dirinya mengatakan panik dan berusaha melarikan diri agar tidak ditangkap.
"Saya panik dan saat ada celah untuk kabur, saya kabur. Namun setelah saya pikir-pikir, saya menyerahkan diri saja dengan alasan sekalian membawakan KTP teman-teman yang terjaring operasi," ujar perempuan asal Sampang, Madura ini, Jumat (18/8/2017) dini hari.
Selain itu, dirinya juga mengatakan, dia dan dua teman tomboinya baru pertama kali ini terjaring operasi Tim Asuhan Rembulan Malam II.
Kemudian saat ditanyakan mengenai alasan mengapa nongkrong hingga larut malam, SAI dengan santai menjawab sedang dalam keadaan suntuk.
"Lagi pusing, cari kerja enggak dapat-dapat, ke sana kemari ngelamar nggak ada yang manggil, akhirnya saya gabung sama teman-teman saya untuk menghilangkan penat di warung kopi sampai larut malam, eh gak taunya malah ada razia," kata perempuan yang pernah bekerja sebagai juru masak di sebuah restoran ternama di Surabaya itu.
Alumni SMK Swasta di Surabaya ini seringkali tidak mendapat pekerjaan akibat penampilannya yang membuat orang lain merasa aneh dan meremehkannya.
"Sering tuh ya, orang-orang lihat dari luarnya saja, nilainya juga asal saja, apalagi ibu saya yang tiap hari ngatur-ngatur saya, suruh panjangin rambut lagi lah, suruh dandan lah, suruh gini gitu lah, menambah rasa frustasi saja," ungkapnya dengan nada kesal.
SAI merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara.
Ayahnya sudah tiada sejak lama dan ibunya yang sering sakit-sakitan membuat perempuan berparas ayu dan berkulit putih ini tidak bisa mengontrol pergaulannya.
Sakit hati yang teramat sangat akibat perlakuan mantan pacar serta keadaan keluarga yang tidak mendukung membuatnya berpenampilan menyimpang dan mulai menyukai sesama jenis (lesbian).
Saat TribunJatim.com menanyakan lagi terkait dirinya menyukai sesama jenis, SAI menganggukkan kepalanya pelan.
"Iya, saya seorang lesbian, belum terlalu lama, mulai naik kelas 2 SMK. Saya begini karena seorang laki-laki, saya sangat-sangat membencinya dan berpikir semua lelaki itu sama, jadi saya pilih jalan lain yang menurut saya paling aman serta tidak menyakiti hati seperti dulu," lanjut SAI.
Namun saat ditanyakan apakah dirinya masih ada rasa terhadap laki-laki dengan tegas SAI mengatakan 'iya'.
"Ya, dari lubuk hati terdalam saya masih menyukai laki-laki tapi saya sengaja menutupnya, saya trauma," pungkasnya.
Selanjutnya, saat TribunJatim.com menanyakan keadaan keluarga, terutama ibunya terkait penampilannya, SAI hanya terdiam agak lama dan terpaku dengan tatapan kosong, lalu mulai berbicara pelan.
"Kasihan ibu, sudah berkali-kali saya menyesal dan ingin kembali ke jalan yang benar, karena seperti ini, salat saya terabaikan, karena seperti ini pula hidup saya berantakan," ucapnya kemudian.
Terlihat air matanya mulai menetes hingga membasahi pipinya.
Faktor traumatik yang teramat sangat terhadap lelaki membuat SAI terpaksa menjadi seorang lesbian.
Sayangnya sebelum sempat berkomunikasi lebih jauh, petugas dari Satpol PP segera memanggil namanya untuk proses pendataan dan pengarahan.(Sundah Bagus Wicaksono)
Artikel ini telah tayang di Tribun Jatim dengan judul: Kisah di Balik Tomboinya SAI, Perempuan Bergaya Laki-laki yang Terjaring Operasi Cipta Kondisi