Begini Penampakan Meriam Jepang yang Banyak Tenggelamkan Kapal Sekutu
Kondisi Situs Meriam Jepang yang berada di bukit Markoni, Kelurahan Damai, Balikpapan Selatan nampak tak terawat.
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Kondisi Situs Meriam Jepang yang berada di bukit Markoni, Kelurahan Damai, Balikpapan Selatan nampak tak terawat.
Kendati pemerintah kota Balikpapan melalui Disporabudpar telah menetapkan sebagai cagar budaya Balikpapan, nyatanya kondisi peninggalan sejarah perang dunia II tersebut jauh dari kata terawat.
Dari pantauan Tribunkaltim.co, saat tiba di lokasi situs tersebut tak ada satupun orang yang menjaga cagar budaya tersebut. Layaknya tanah tak bertuan dengan meriam yang memiliki panjang 9 meter sebagai penghuninya.
Belum lagi rumput-rumput liar lalu gundukan tanah yang berada di sekeliling meriam tersebut. Kesan tak terawat juga timbul dari pemandangan dari depan moncong senjata berdiameter 55 cm yang digunakan tentara Jepang menghancurkan kapal sekutu pada masa perang.
Baca: Begini Kondisi Mantan TKI dari Malaysia Usai Loncat dari Lantai 3
Bagaimana tidak, pemandangan laut Balikpapan yang seharusnya tampak, malah tertutup rimbunnya pepohonan dan semak belukar. Kabarnya dahulu banyak kapal pendarat sekutu yang berhasil ditenggelamkan.
Para tentara Jepang dengan leluasa memborbardir kapal yang mencoba merapat di pantai Balikpapan dengan peluru meriam.
Meriam tersebut merupakan senjata pertahanan terhadap serangan laut sekutu saat pendudukan Jepang di Balikpapan.
Dengan moncong meriam yang mengarah ke laut Balikpapan, kabarnya beberapa kapal pendarat sekutu berhasil ditenggelamkan meriam yang digunakan bertempur dari 1943 sampai pertengahan 1945.
Baca: Pertemuan SBY dan Megawati Dinilai Hanya Menguntungkan Keduanya
Di atas meriam berselimut karat itu melintang dua batang bentangan kayu kayu ulin dengan lebar 40 cm. Diduga kayu tersebut sisa gelagar atap pelindung.
Begitu juga di kiri kanan masih ada tiang-tiang pondasi dari kayu ulin mengelilingi meriam tersebut.
Saat berbincang dengan salah seorang warga sekitar yang tinggal paling dekat dengan situs tersebut, Albar (32) mengatakan sebenarnya ada orang yang bertugas menjaga situs tersebut. Namun tak setiap hari ia datang.
"Gak setiap hari, biasanya sore ke sini. Seminggu sekali biasanya," katanya.
Untuk diketahui bangkai meriam Yokohama yang diperkirakan dibuat tahun 1935 ini sempat terkubur, dan kemudian digali kembali oleh warga September 2010.
Albar yang hampir 15 tahun tinggal di sekitar lokasi tersebut, mengungkap cerita berbau mistis.
Percaya atau tidak, saat tengah malam, ia terkadang mendengar suara derap sepatu tentara. Saat melihat ke luar rumah tak ada satu orang pun yang tampak.
"Enggak sering mas. Sesekali saja. Waktu saat almarhum bapak ada, nah dia yang sering dengar hal-hal yang begitu," katanya.
Belakangan diketahui, ayahnya yang bernama Bachtiar merupakan penemu meriam peninggalan Jepang pada masa perang dunia II di tanah lokasi miliknya.
"Dulu almarhum ayah saya yang nemukan benda ini (meriam). Baru digalinya tahun 2010," katanya.
Kini, Albar menyebut bahwa situs tersebut dijaga oleh pamannya, Rahmat.
"Dulu ayah saya, lalu ayah saya meninggal dialihkan ke adiknya, namanya Pak Rahmat," katanya.
Kendati demikian tak setiap hari pamannya yang tinggal di kawasan Balikpapan Permai tersebut datang. "Saya juga sesekali ke atas bersih-bersih kalau lama tak ada dia," tuturnya.
Awalnya terdapat 2 meriam, namun sebiji meriam lainnya raib dipreteli tangan-tangan tak bertanggungjawab.
Saat itu ayahnya sempat memutuskan menutup peninggalan sejarah tersebut, sampai pada akhirnya melakukan penggalian bersama beberapa rekan dan warga sekitar dengan cara berswadaya.
"Dari situ, ada banyak media meliput. Kemudian banyak orang berdatangan. Dari ahli sejarah gitu, mas. Sampai sekarang ini dijadikan cagar budaya oleh pemkot," jelasnya.
Salah satu komunitas pemerhati sejarah Balikpapan, Komunitas Balikpapan Tempo Doeloe meminta agar pemerintah memberikan perhatian dalam perawatan situs-situs bersejarah yang ada di Balikpapan.
Juru bicaranya Rosalinda Tumbelaka mengatakan, setidaknya perlakuan Pemkot Balikpapan terhadap benda-benda peninggalan sejarah bisa seperti daerah lain di dalam negeri maupun luar negeri.
Dimana pemerintahnya turut menjaga pelestarian khasanah sejarah sebagai bukti yang secara bersambung dititipkan kepada generasi mendatang.
Tak terkecuali Situs Meriam Jepang yang berada di Markoni Atas, Kelurahan Damai, Balikpapan Selatan yang kondisinya bisa dikatakan tak terawat.
"Adanya perhatian dari pemerintah dan juga warga Balikpapan agar situs meriam ini bisa dapat perawatan. Bisa jadi situs yang layak untuk dikunjungi layaknya peninggalan perang dunia ke 2 yang lain di luar Balikpapan bahkan di luar negeri," ungkapnya.
Dari pengamatannya sejak diperkenalkan ke publik pada tahun 2010 hingga kini belum ada perhatian serius dari pemerintah guna menjaga bahkan menjadikan situs tersebut sebagai tempat yang layak dikunjungi warga.
Padahal situs tersebut menyimpan banyak cerita menarik, serta menawarkan pengalaman unik jika melihatnya langsung. Di tambah lagi di lokasi tersebut warga bisa melihat pemandangan kota dengan hamparan gedung dan rumah bertangga, dengan laut biru yang menjadi muaranya.
"Dari awal saya sering lihat sejak 2010, 2011 sampai tahun ini gak ada perubahan. Begitu-begitu saja, bahkan bisa lama-lama ketimbun lagi karena letaknya di leher tebing," ujarnya. (Muhammad Fachri Ramadhani)
Artikel ini sudah tayang di Tribun Kaltim dengan judul: Meriam Peninggalan Jepang Ini Banyak Tenggelamkan Kapal Sekutu