Selasa, 7 Oktober 2025

Jenazah Warga Aceh di Malaysia Terancam Tidak Bisa Dipulangkan

Saat ini jenazah masih disemayamkan di Hospital Gua Musang Bandar Baru Kelantan Malaysia dan dijaga oleh pihak rumah sakit dan pihak keluarga

Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
Direktur Gerakan Aceh Nusantara (GAN), Ikhsan Nurdin (paling kanan) menyerahkan donasi dari lembaga yang dipimpinnya serta sumbangan Haji Uma (Anggota DPD asal Aceh) kepada keluarga Abdul Salam yang meninggal karena sakit di Malaysia, Jumat (23/6/2017) malam. Bantuan tersebut diserahkan Senin, (26/6/2017) di rumah almarhum di Gampong Lhok Meureubo, Langkahan, Aceh Utara. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Yarmen Dinamika

TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Diduga mengidap penyakit batu karang, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Aceh Utara, Abdul Salam (52) meninggal di Malaysia, Jumat (23/6/2017) malam.

Hingga Selasa (27/6/2017) jenazah korban masih tertahan di Malaysia karena pihak keluarga tak memiliki dana yang cukup untuk memulangkan jenazah almarhum ke kampungnya di Desa Tanjung Dalam, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Tarmizi yang merupakan rekan almarhum mengatakan, Abdul Samad meninggal di sebuah kebun kawasan Gua Musang Negeri Kelantan Darul Naim, Malaysia pada Jumat (23/6/2017 sekitar pukul 23.00 WIB.

Tarmizi menyebutkan, Abdul Salam  sehari-hari menekuni pekerjaan sebagai pekerja kebun.

Baru dua minggu tinggal bersama Tarmizi di kebun tersebut, penyakit batu karang Abdul Salam kambuh.

Kepada Tarmizi, Abdul Salam sempat mengaku bahwa ia sudah lama menderita sakit batu karang.

Sementara itu, Juru Bicara Gerakan Aceh Nusantara (GAN) Khairul Ishak mengatakan, Abdul Salam merantau ke Malaysia baru sekitar tiga bulan.

Visa dan paspornya sudah kedaluwarsa (expired) dan dokumen kependudukannya yang lain nihil.

"Itu yang menjadi kendala dalam proses pemulangan jenazah. Dibutuhkan biaya pemulangan 6.500 RM (sekitar 18 juta rupiah)," kata Khairul kepada Serambinews.com di Lhokseumawe, Selasa (27/6/ 2017).

Saat ini jenazah masih disemayamkan di Hospital Gua Musang Bandar Baru Kelantan Malaysia dan dijaga oleh pihak rumah sakit dan pihak keluarga.

Sebelumnya, saat disemayamkan di kebun, jenazah Abdul Salam dijaga delapan temannya sesama pekerja kebun.

Direktur Gerakan Aceh Nusantara (GAN), Ikhsan Nurdin yang prihatin atas nasib jenazah Abdul Salam, bergerak menggalang bantuan.

"Kita sedang berusaha mencari bantuan supaya jenazah bisa segera dipulangkan ke kampung halamannya. Hingga saat ini baru lembaga GAN yang menyumbang 4,5 juta rupiah, ditambah 1,5 juta rupiah dari Haji Uma (Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Aceh)," ungkap Ikhsan kepada Serambinews.com melalui WhatsApp, Selasa pagi.

Dari sumbangan tersebut, katanya, sudah terkumpul RM 2.500.

Jadi, masih kurang RM 4.000 lagi, mengingat total dana yang diperlukan untuk pemulangan jenazah dari Malaysia ke Aceh Utara adalah RM 6.500.

Setelah donasi tersebut terkumpul, termasuk RM 1.000 dari komunitas Aceh di Malaysia, lalu diserahkan Ikhsan Nurdin kepada keluarga almarhum Abdul Salam pada Senin, 26 Juni 2017.

Kedatangan Ikhsan Nurdin disambut langsung oleh keluarga almarhum, Tgk Imum, keuchik, dan sejumlah warga Gampong Lhok Meureubo, Langkahan,  Aceh Utara.

Menurut Direktur GAN itu, keluarga almarhum sangat mengharapkan jenazah bisa dipulangkan secepatnya.

Namun, menurut informasi Ibrahim, adik almarhum, jenazah akan diterbangkan pada Rabu, 28 Juni 2017 dan direncanakan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.

Ibrahim menginformasikan kepada Ikhsan Nurdin, pihak keluarga saat ini sedang mengumpulkan biaya untuk pemulangan jenazah, mengingat dana yang terkumpul masih kurang  RM 4.000 lagi.

Selain itu, pihak keluarga sangat mengharapkan bantuan dari Pemkab Aceh Utara dan donatur lainnya untuk membantu biaya pemulangan jenazah, karena  jika sampai besok tidak mencukupi, jenazah tidak bisa dipulangkan.

"Uluran dan bantuan semua sangat diperlukan. Kita minta bantuan KBRI dan Community Aceh dan seluruh masyarakat di perantauan untuk biaya pemulangan Abdul Salam," kata Ikhsan Nurdin.

Ia tambahkan, pengiriman jenazah diurus oleh pihak Polis Malaysia, karena tidak ada keluarga dan kerabat di sana, sedangkan rekan almarhum tidak ada yang mempunyai visa.

Abdul Salam meninggalkan seorang istri, Yusnidar, dan enam orang anak, yakni Yanti (18), Muhsal (15), Diana (12), Muhammad (10), Mona (7), dan Mita Amalia (3).

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved