Minggu, 5 Oktober 2025

Kiai Mahmad Baidhowi Meninggal, Keluarga Besar Ponpes Tebuireng Berduka

KH Mahmad Baidhawi meninggal di rumahnya di Pondok Pesantren Madrasatul Quran, Tebuireng, Jombang, Senin (22/5/2017) pukul 05.30 WIB.

Editor: Y Gustaman
Tebuireng Online
KH. Mahmad Baidhawi meninggal dunia di usia 78 tahun, Senin (22/5/2017), sekira pukul 05.30 WIB di kediamannya di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. 

TRIBUNNEWS.COM, TEBUIRENG - KH Mahmad Baidhawi meninggal di rumahnya di Pondok Pesantren Madrasatul Quran, Tebuireng, Jombang, Senin (22/5/2017) pukul 05.30 WIB.

Almarhum yang semasa hidupnya akrab disapa Mbah Mad satu dari sekian kiai sepuh Pesantren Tebuireng. Mbah Mad dikenal istikamah menjadi imam salat Magrib berjemaah di Masjid Pesantren Tebuireng.

Petugas keamanan Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng tidak diketahui penyebab Mbah Mad meninggal, karena sebelumnya beliau sehat-sehat saja.

“Tidak apa-apa. Sehabis salat Subuh, gelendangan (tidur-tiduran) terus meninggal,” ungkap seorang petugas keamanan Pesantren Madrasatul Quran seperti dilansir Tebuireng Online.

Jenazah Mbah Mad dimakamkan di kompleks Maqbarah Masyayikh Pesantren Tebuireng pukul 14.00 WIB. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah mengimami salat jenazah almarhum.

Sepupu almarhum, KH Agus M Zaki Hadzik atau biasa dipanggil Gus Zaki, mengatakan Mbah Mad berusia sekitar 77 tahun (versi putranya almarhum berusia 78 tahun).

Gus Zaki menilai Mbah Mad sosok yang baik dan memegang teguh aturan dan prinsip.

Kiai Mahmad putra KH. Ahmad Baidhawi Asro, pengasuh keempat Pesantren Tebuireng periode 1951-1952, dan Bu Nyai Aisyah binti KH. M. Hasyim Asy’ari.

Almarhum adalah anak kelima dari enam bersaudara, adik dari KH. Muhammad Baidhowi, KH. A. Hamid Baidhowi, Nyai Hj. Ruqoiyyah Baidhowi (istri KH. M. Yusuf Masyhar, Pendiri PP. Madrasatul Quran), dan KH. Mahmud Baidhawi. Beliau mempunyai satu adik, yaitu KH. Kholid Baidhowi.

Selama hidupnya Mbah Mad jarang absen sebagai imam salat Magrib di Masjid Tebuireng. Salah satu warisan amalan beliau adalah tradisi pembacaan salawat Burdah.

Salawat Burdah biasanya dilantunkan setelah wirid salat lima waktu berjemaah. Tujuannya untuk menjaga Tebuireng dan mendoakan keamanan dan kedamaian Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved