Berawal dari Penasaran, Mahasiswa Widya Mandala Ubah Buah Beracun Jadi Obat
Vincentius A Paulo Endra A.N punya cara sendiri untuk menjaga lingkungannya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Vincentius A Paulo Endra A.N punya cara sendiri untuk menjaga lingkungannya.
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ini memanfaatkan buah bintoro yang tumbuh subur dan menjadi limbah di lingkungan rumahnya.
Limbah? Ya ini lantaran buah bintoro memiliki kandungan berbahaya berupa zat Cerberrin yang punya sifat toksik alias beracun untuk makhluk hidup.
Rasa penasaran Endra pun datang. "Apa buah yang beracun ini tak bisa dimanfaatkan sedikitpun?"
"Sebenarnya rasa penasarannya itu sudah lama. Saya dan salah seorang teman, Lewi Peter Ricardo sudah pernah meneliti ini 2015 silam."
"Untuk keperluan Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian (PKM-P). Penelitian ini akhirnya saya kembangkan lagi untuk tugas akhir kuliah," terangnya, saat ditemui Surya.co.id di Gedung Rektorat lantai 3 Universitas Katolik Widya Mandala, Jumat (28/4/2017).
"Saat itu kami menemukan bahwa ternyata buah bintoro juga punya Zat Selulosa, seperti tanaman lainnya."
"Inovasi yang kami temukan saat itu juga adalah nanoselulosa, sebuah material berdaya serap tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal," terangnya.
Salah satu mahasiswa terbaik lulusan 2017 UKWMS ini mengaku penelitian itu akhirnya ia ajukan untuk diteliti lebih lanjut sebagai materi skripsi.
"Kalau tadinya hanya sampai membangun nanoselulosa dari limbah kulit bintaro, waktu skripsi saya berusaha membuat komposit serta aplikasinya," tambahnya.
Sebagai keunggulan, komposit ini memiliki sifat biodegradable dan non-toxit (tidak beracun). Sehingga aman jika berkontak dengan tubuh manusia.
Ditambah dengan daya serapnya yang tinggi, diharapkan mampu menyerap zat aktif dengan lebih baik saat diaplikasikan sebagai bahan tambahan penyusun obat.
"Jika dikembangkan lebih lanjut, komposit bisa digunakan sebagai pembungkus kapsul obat misalnya."
"Harapan besarnya ya bisa bermanfaat, dan tentunya mengurangi limbahnya di lingkungan tempat tinggal," akunya.
Dosen pembimbingnya, Suryadi Istamadji menuturkan meski sudah melalui banyak tahap. Tetap saja harus ada penelitian lebih lanjut untuk buah bintoro ini.
"Inovasinya bagus, tapi bisa dikembangkan lebih lanjut. Jika memang akan digunakan untuk kebutuhan medis," tambahnya