Longsor di Ponorogo
Cerita Ismiatun Lolos dari Longsor: Terpaksa Lepaskan Tangan Mertuanya
Ismiatun melepas tangan ibu mertuanya yang sebelumnya ia gandeng. Sambil berlari ia sempat menengok ke belakang, melihat ibu mertuanya ditelan longsor
Laporan Wartawan Surya, Rahadian Bagus
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WIB namun pasangan suami istri Kateni (52) dan Ismiatun (47) masih terjaga dan belum mau tidur.
Keduanya merupakan keluarga korban terdampak longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaean, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
"Saya enggak bisa tidur, mendengar suara genset ingat suara longsor tadi pagi," Kateni bercerita saat ditemui di rumah kepala Desa Banaran yang menjadi tempat pengungsian sementara pada Sabtu (1/4/2017) malam.
Sejumlah korban longsor di Desa Banaran sementara diungsikan. Lantaran listrik padam untuk penerangannya menggunakan genset.
Kateni (52) kehilangan putranya, Iwandana Suwandi (27), dan ibu kandungnya, Katemi (80). Material longsor menelan keduanya hidup-hidup yang di hari itu sedang berada di rumah.
"Anak saya sedang tidur di kamar," kata dia sambil membuka nasi bungkus dari relawan.
Ia masih jelas detik-detik saat longsor menimbun rumahnya. Beberapa saat sebelum longsor Kateni sudah keluar rumah dan berniat ke ladang mencari rumput untuk ternaknya.
"Saya baru sebentar keluar dari rumah, tebing sudah longsor. Saya bisa lihat dari jalan," kata dia merasa tak percaya atas apa yang dilihatnya.
Kateni tak merasakan firasat apa pun sebelum longsor merenggut nyawa orang yang dicintainya. Biasanya, sang anak tidur di rumah mertuanya.
"Baru kemarin dia datang ke rumah," ia menambahkan.
Istri Kateni, Ismiatun (47), menjadi saksi hidup saat material longsoran menerjang rumahnya dan mengubur mertua dan anaknya yang sedang tidur pagi itu.
Saat sedang memasak di dapur ia mendengar suara gemuruh sangat kencang. Dia sadar tebing di belakang rumahnya longsor.
Segera Ismiatun mencari ibu mertuanya dan berusaha menggandengnya keluar rumah. Namun, material longsoran datang begitu cepat.
Ismiatun melepas tangan ibu mertuanya yang sebelumnya ia gandeng. "Lalu saya lari keluar rumah," kenang Ismiatun.
Saat berlari ia sempat menoleh ke belakang dan melihat tanah longsor menggilas rumahnya hanya dalam hitugan detik.
Ia hanya bisa menangis sambil berteriak histeris melihat rumahnya tertimbun tanah. Dia menyesal tidak bisa menyelamatkan putra dan ibu mertuanya.
Seluruh harta bendanya, termasuk 10 ekor kambing miliknya tertimbun longsoran tanah.
Berbeda dengan Tamikun (60), istrinya Sumini (50) dan anaknya Tri Wahyu Ningtyas berhasil selamat. Saat kejadian Tamikun berada di jalan tak jauh dari rumahnya.
Pagi itu ia hendak pergi ke ladang untuk mencari rumput untuk pakan ternaknya. Dari kejauhan ia melihat sebuah pohon di atas tebing tiba-tiba longsor.
Beberapa detik kemudian diikuti tanah tebing turun begitu cepat. Seketika material longsor menggulung sejumlah petani di kebon jahe dan menimbun sejumlah rumah warga.
"Cepat sekali kejadiannya, tanah itu tiba-tiba menutup seluruh rumah," kata Tamikun.
Beruntung anaknya sedang di sekolah. Begitu juga dengan istrinya yang saat itu sedang tidak di rumah.
Meski kehilangan harta benda serta 15 ekor kambingnya, Tamikun bersyukur anak dan istrinya masih bisa selamat.
Berdasarkan laporan dari BPBD Ponorogo, ada sekitar 27 warga yang tertimbun longsoran. Selain itu, ada 21 rumah yang kini rata dengan tanah.