Cara Mudah Membuat Huwako, Kompor Berbahan Bakar Sampah Penghasil Energi Listrik
Hawuko, kompor berbahan bakar sampah penghasil energi listrik, diciptakan Ujang Koswara (48) setelah memodifikasi "kompor sakti".
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Hawuko, kompor berbahan bakar sampah penghasil energi listrik, diciptakan Ujang Koswara (48) setelah memodifikasi "kompor sakti".
Kompor sakti merupakan kompor berbahan bakar sampah yang pembakarannya dibantu dengan blower. Kompor sakti diciptakan Ujang dari kisah kehidupan masa lalunya yang susah.
Tak puas dengan kompor sakti, Ujang mencoba memodifikasinya hingga tercipta Hawuko sekitar sebulan yang lalu.
Hal itu dilakukannya setelah melihat istrinya menyeterika pakaiannya di rumah.
Ia berpikir jika energi panas bisa menjadi energi listrik, jika energi listrik bisa menghasilkan energi panas.
Lantas bagaimana cara membuat Huwako? Ujang mengatakan, bahan untuk membuat Huwako mudah didapat di lingkungan.
Cukup dengan kaleng bekas cat atau bahan terbuat dari pelat, bisa menjadi rangka Huwako.
Tak hanya kaleng, kata dia, Huwako juga bisa dibuat dari gerabah asalkan sistem kerjanya sesuai dengan Huwako buatannya.
Perkakasnya pun mudah didapat di toko material, seperti palu, tang, obeng pelat, paku, bor tangan, dan lainnya.
"Tinggal membuat sistem kerjanya saja. Karena kuncinya satu, sistem sirkulasi udaranya saja agar bisa menghasilkan bara. Selain itu ada generator listrik. Generator ini juga tidak terlalu rumit buatnya karena hanya besi dan tembaga," kata Ujang kepada wartawan di rumah produksinya di Jalan Gudang Utara, Kota Bandung, Rabu (29/3/2017).
Soal biaya membuat Huwako, Ujang tak bisa memastikannya. Sebab Huwako diciptakan bukan untuk diperjualbelikan. Namun yang jelas, membuat Huwako terbilang murah jika melihat komponen yang digunakan.
"Soal biaya produksi, pembuatnya sendiri yang bisa menghitungnya. Makanya biaya pembuatan Huwako ini tidak bisa kami tentukan," kata warga Gang Samsi RT 6/1, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung itu.
Pria yang menjadi pembina Univeristas Kehidupan Otonomo (UKO) ini mengaku, Hawuko belum seperti kompor sakti yang telah dimiliki sejumlah masyarakat di pelosok.
Diakuinya jika UKO telah mengajarkan cara membuat kompor sakti ke masyarakat yang tinggal di daerah pelosok seperti NTT dan Sumatra Utara.
"Memang kami tidak produksi massal, kami hanya mengajarkan masyarakat yang tertarik membuatnya. Karena kami ingin masyarakat memanfaatkan energi listrik yang dihasilkan sehingga terjadi kemandirian energi," kata Ujang. (cis)