Selasa, 7 Oktober 2025

Berharap Tradisi Mebuug-buugan Diakui Sebagai Warisan Leluhur Desa Adat Kedonganan

Mebuug-buugan merupakan tradisi berlumuran lumpur, tradisi asli Desa Adat Kedonganan.

Editor: Sugiyarto
TRIBUN BALI/RIZAL FANANY
Warga Desa Adat Kedonganan melumuri lumpur ke sekujur tubuh dalam tradisi mebuug-buugan (mandi lumpur) di lolohan (aliran) mangrove di kawasan desa kedonganan, Badung, Kamis (10/3/2016). Tradisi yang pernah vakum lama mulai tahun 1963-2015 akibat meletusnya Gunung Agung dan Peristiwa G/30/S PKI ini diikuti 6 banjar yang bertujuan menetralisir hal-hal negatif di kawasan desa. TRIBUN BALI/RIZAL FANANY 

TRIBUNNEWS.COM, BALI- Mebuug-buugan merupakan tradisi berlumuran lumpur, tradisi asli Desa Adat Kedonganan.

Tradisi ini sempat ditinggalkan warga karena acuhnya terhadap tradisi yang biasa digelar setelah prosesi Hari Raya Nyepi.

Pemuda-pemudi desa Adat Kedonganan yang peduli akan tradisi luhur itu pun menumbuhkan kembali adat itu.

Ketua Sekaa Teruna se Desa Adat Kedonganan I Made Gede Budhyastra menjelaskan, sebenarnya tradisi pernah dilaksanakan pada era penjajahan Jepang.

Hanya saja, dengan kurangnya respon membuat tradisi ini puluhan tahun tidak dilakukan lagi.

Pemuda desa Adat Kedonganan yang merasa memiliki tradisi asli desanya itu akhirnya kembali menumbuhkan tradisi yang penuh makna tersebut.

"Akhirnya kami membangkitkan lagi dari dua tahun lalu," ucapnya Rabu (29/3/2017).

Oleh karenanya, saat ini warga desanya sedang memfokuskan tradisi ini untuk mendapat legalitas dan menjadi hak milik warga Desa Adat Kedonganan.

Dan beruntungnya, bahwa sejak beberapa waktu lalu sudah disahkan oleh pihak Kabupaten dan sedang dalam proses menjadi warisan budaya Nusantara.

Dia menyebut, tradisi yang sifatnya ialah upaya pembersihan diri dari segala sifat buruk itu dilakukan mulai dari berkumpul di Bale Agung.

1000 orang dari enam banjar desa Adat Kedonganan kemudian menuju ke Mangrove (di Timur) dan melakukan prosesi tradisi memolesi diri dengan lumpur.

Warga lalu mengitari desa adat Kedonganan, menuju ke Barat atau membersikan diri ke Pantai Pemeliasan.

"Lumpur sendiri berada di Timur diibaratkan suatu keburukan. Dan kemudian untuk dibersihkan warga menuju ke barat," paparnya. (ang).

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved