Kasihan, Bocah 5 Tahun Ini Hidup Sebatang Kara, Ini Kisahnya
Nasib Gede Adi AS (5) sangat memprihatinkan. Bocah ini tinggal sebatang kara pasca ditinggal kedua orangtuanya.
TRIBUNNEWS.COM, BALI- Nasib Gede Adi AS (5) sangat memprihatinkan. Bocah ini tinggal sebatang kara pasca ditinggal kedua orangtuanya.
Ayah Gede Adi AS, I Wayan Sana (40) memilih pulang ke kampung halamannya di daerah Kintamani setelah istrinya, Ni Wayan Ekawati meninggal 2,5 tahun lalu.
I Wayan Sana membawa serta anak keduanya, Ni Kadek Enny Febrianti yang baru lahir.
Sedangkan Gede Adi ditinggal bersama kakeknya, I Made Sanggup (67) di Payangan.
Belum sempat membesarkan Gede Adi, I Made Sanggup meninggal pada Sabtu (18/2/2017) karena sakit.
Perbekel Bukian, I Made Junarta mengatakan sepeninggal kakeknya, membuat Gede Adi tinggal sebatang kara.
Kini, sang bocah dirawat paman beserta bibinya.
“Ke depan memilih jalan terbaik, kami akan bermusyawarah dengan Banjar Lebah untuk status Gede Adi AS,” ucap Perbekel Junarta.
Kepergian anggota keluarga secara beruntun dianggap tidak normal.
Hal itu menimbulkan pelbagai pertanyaan, apalagi diduga orangtua kandung Gede Adi AS mengidav HIV.
Namun kecurigaan warga jika Gede Adi juga mengidap HIV dibantah Dokter Puskesmas Payangan, dr I Gusti Ngurah Putra.
Pasalnya setelah dilakukan cek darah lewat CVT Rapid Test, Gede Adi AS dinyatakan negatif dan alat menunjukkan non-reaktif.
“Kami berharap pihak Pemkab Gianyar bisa membantu warga kami, pihak desa juga telah membantu biaya PAUD dan mengusulkan agar dilayani kesehatan dan pendidikan ke depan,” terang Junarta.
Mendapat informasi tersebut, Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata, Ketua TP-PKK Kabupaten Gianyar dan beberapa pimpinan SKPD langsung mendatangi sang bocah.
Orang nomor satu di Kabupaten Gianyar itu menyerahkan bantuan bagi Gede Adi di Bajar Lebah, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Rabu (22/2/2017).
Setelah mengunjungi Gede Adi, Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata beserta dinas terkait juga membantu keluarga, I Dewa Ayu Anom Tirtawati (50), ibu satu anak ini mengalami sakit keras dan tidak bisa bekerja, sedangkan suaminya, I Dewa Gde Alit Sumaryasa (51) pergi entah ke mana.
Kepergian I Dewa Gde Alit Sumaryasa menelantarkan istri dan anaknya, I Dewa Gde Agung Semaragita (28).
Pasca sakit, keadaan ekonomi keluarga semakin memburuk, hingga berobat saja susah.
Selama ini mereka tinggal di rumah pamannya, I Dewa Gde Raka Subrata (61) di Banjar/Desa Kerta, Kecamatan Payangan. (*)