Kisah Wanita Veteran Perang Jadi Mata-mata di Usia 15 Tahun
Siti Fatimah (85) masih bisa mengenang ketika menjadi mata-mata di usia 15 tahun. Selama itu orangtuanya ikhlas jika Siti mati di medan perang.
Beruntung, peran Siti selama menjadi mata-mata tak pernah terendus tentara Belanda. Sebab, tentara Belanda tak pernah mencurigainya sebagai mata-mata menyusul usianya yang masih belia.
Siti pun memiliki cara tersendiri untuk menghindari razia tentara Belanda karena menaruh pesannya di bawah sepatu.
"Berangkatnya bareng pedagang sayur. Kalau ada patroli, saya selalu dibela pedagang sayur. Saya dianggap anak mereka. Makanya tentara Belanda tidak pernah curiga,” kata Siti.
Meski begitu, nyawanya belum tentu aman selama melakukan perjalanan. Sebab ia harus berlindung dari kontak senjata antara tentara gerilya dan tentara Belanda.
Pernah ia harus berlari ketika tentara Belanda menghunjani Kecamatan Ciwaru dengan meriam. “Saya waktu itu senang saja, jadi tidak begitu takut,” kata Siti.
Siti menjadi mata-mata tentara gerilya selama setahun lebih karena hatinya tergerak untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Orangtuanya telah memasrahkan hidup Siti jika terjadi hal tak diinginkan ketika berjuang. “Nyawa saya sudah direlakan orangtua,” kata Siti yang mendapatkan penghargaan Bintang Gerilya.